Day 5: My Proudest Moment
Momen paling membanggakan ya....
Apa ya?
Dengan insecurity tingkat tinggi yang gue miliki, gue rasa ga ada momen yang membuat gue bangga. Kebanggan yang gue maksud disini adalah soal pencapaian. Gue cuma dua kali memenangkan lomba dalam hidup gue, tapi ya kalau dibawa ke SNMPTN, pencapaian gue ga ada apa-apanya sama anak-anak lain yang mungkin udah memenangkan lomba di tingkat kota sampai negara. Gue juga lagi mencari tau, kenapa ketidakberuntungan selalu menimpa gue. Gue gak bisa bilang kalah lomba termasuk ketidakberuntungan sih. Tapi, kenapa ga ada hal yang bisa bikin gue sendiri mikir kalau gue bangga sama diri gue sendiri gitu...
Nah tapi, kalau urusan diluar bidang akademis dan nonakademis ada nih yang bisa gue pamerin wkwk...
Sebenernya ga bisa dibilang gue bangga sih, tapi seenggaknya ada lah ya, hal-hal yang cuma bisa gue banggakan untuk diri sendiri seenggaknya.
Pertama, gue bangga bisa melek investasi.
Gue yakin sih di luar sana juga pasti udah ada yang melek investasi, bahkan diumur yang lebih muda dari gue. Tapi, diantara temen-temen gue sendiri, gue bangga bisa sadar duluan betapa pentingnya investasi dalam hidup. Di umur 16 tahun, gue awalnya ragu banget mau bisa menabung sedikit demi sedikit di sebuah aplikasi bernama Bibit. Gue ga mau terjun langsung ke sahamnya karena ilmu gue saat itu masih minim parah (sekarang juga masih). Pandangan gue tentang investasi saat itu adalah "Nabung aja terus, nanti juga duitnya nambah" Pemikiran paling aneh di abad 21. Gue bahkan sampai meyakinkan orang tua gue untuk merelakan tabungan gue dalam reksadana. Gue juga tau ini bisa rugi, tapi hal itu gue sembunyikan karena takut ga diizinin sama bokap nyokap. Lalu, karena gue merasa belum siap, gue hanya bisa menulis rencana gue di footer diary gue. 17 tahun harus punya reksadana, tulis gue.. Dengan bermodalkan nonton youtube Raditya Dika tentang finansial dan belajar sedikit-sedikit tentang fundamental ekonomi di google, gue pun akhirnya mantap memilih produk saham, obligasi, dan pasar uang yang gue riset dahulu ketiganya baru gue sebar ke 'keranjang mana saja telur gue harus masuk?' Hingga sampai sekarang, keuntungan dari investasi gue ga pernah gue ambil. Akan selamanya gue tambah. Walau ga sebanyak keuntungan gue berinvestasi ke saham secara keseluruhan, setidaknya gue sudah mencapai goals gue agar uang tabungan gue tidak tergerus inflasi dan biaya administrasi di bank (kalau gue taruh uang di bank, mungkin akan berkurang bukan bertambah, tapi balik lagi, itu tergantung karena di reksadana juga bisa aja berkurang)
Kedua, gue bangga bisa berbisnis.
Hal ini selalu dibicarakan oleh orang tua gue. Kalimat nyari uang itu susah ternyata bisa gue rasakan di umur gue yang masih 16 tahun juga. Alasan gue berdagang saat itu adalah karena harus membayar tagihan ganti rugi organisasi yang mengharuskan gue dan anggota lainnya untuk membayar uang sejumlah 50 ribu. Gue ga keberatan karena gue rasa masalah ini besar dan gue adalah bagian dari anggotanya. Loyalitas gue semacam pisau bermata dua. Satu sisi hal ini memberi kesan tidak ada masalah apa-apa dan gue sanggup, di sisi lain gue berkata "emang duit darimana?" Tentu saja dari orang tua gue. Tapi saat itu, muncul perasaan tidak enak dalam diri gue. Gue adalah orang yang jarang meminta uang. Kalau mintapun, berarti ada suatu barang atau keperluan yang mendesak. Kalau gue minta uang sejumlah sekian tanpa menunjukan bukti transaksi dan barang apa yang gue beli, orang tua gue pasti curiga. Kalau gue jujurpun, orang tua gue pasti gak terima anaknya disuruh bayar uang segitu karena dia tau itu bukan salah gue. Daripada terjadi sesuatu yang lebih ribet, gue pun memutar otak. Hingga tercetuslah ide "Kenapa tidak berdagang saja?" Ide berjualan akun netflix menjadi hal baru buat gue. Saat itu harga netflix masih 20 ribu. Gue selama ini menjadi pengguna setia dan penggemar film maupun seriesnya, kalo begitu, mari kita bisniskan. Gue berjualan di akun sosial media pribadi gue dan memasarkannya dengan bantuan teman-teman gue yang saat itu sangat mendukung gue merealisasikan bisnis yang gue rintis. Instagram pribadi gue diisi dengan konten-konten mengenai series ataupun film yang sekiranya bisa menambah keinginan mereka untuk membeli produk yang gue jual wkwkwk...Hingga kini, penjualan akun gue sudah bukan hanya berpusat di netflix. Tapi juga, pada aplikasi yang memerlukan berlangganan agar bisa mengakses fasilitas yang diberikan lebih lanjut. Yang membuat gue bangga lagi, hasil keuntungan berdagang gue, bukan hanya bisa gue gunakan untuk membayar tagihan ganti rugi seharga 50 ribu. Tapi bisa membuat gue pergi jalan-jalan dan membeli apa yang gue inginkan dengan uang hasil jerih payah gue sendiri. Hehehehe....
Ketiga, gue bangga bisa menggunakan handphone lebih dari 5 tahun.
Hp lama gue kira-kira sudah gue pakai sekitar 6 tahun. Masih dengan alasan yang sama, karena gue gak enak ke orang tua gue untuk membeli yang baru, jadi gue tetap teguh dan menjaga setulus hati hp gue ini. Alasan yang selalu gue berikan ke teman-teman gue adalah karena nyaman. Tapi ini jujur. Gue memang nyaman dengan hp lama gue. Bahkan, dengan hadirnya hp barupun, tidak mengurangi rasa sayang gue dengan yang lama. Gue juga dari tadi lagi mencoba mengingat kembali, apasih yang bikin hp lama gue spesial? Tapi sayangnya, ga ketemu. Gue gak tau alasan gue sesayang itu sama hp lama gue. Bahkan dengan kelakuannya yang aneh kayak auto touch atau tombol volume yang ga berfungsi, gue masih tetap suka sama hp itu. Hiks...
Keempat, gue bangga bisa berteman.
Dengan kepribadian gue yang sangat amat berbeda di luar dengan di rumah, gue merasa bangga bisa memiliki banyak teman dan orang yang nyaman berada di sekeliling gue. Jujur, gue ga nyangka aja. Kayak gak ada orang yang mengajarkan gue bagaimana caranya menjadi orang yang lucu dan menyenangkan, tapi gue bisa ada di titik itu sekarang. Terdengar narsis ya? tapi itulah yang gue rasakan. Bukan ingin menyombongkan diri atau apa, tapi siapa sih yang sangka orang yang kalau ngomong belepotan dan ga nyambung kayak gue tiba-tiba punya teman? Tapi setelah gue pulang, gue akan kembali ke diri gue yang asli. Si pendiam yang gak pernah diam.
Kelima, gue bangga bisa hidup.
Akan selalu ada alasan kenapa orang bisa bertahan dan hidup sampai sekarang. Entah karena support system atau orang di sekeliling mereka yang selalu membantu mereka untuk tetap waras. Di suatu siang, gue memang sedang iseng membuat story instagram berisi meme yang gue ambil dari timeline di line. Seseorang membalas postingan tersebut dengan "Hahaha, gue liat ig lu ketawa asli." Gue gak tau harus membalas apa saat itu. Yang gue tau, hidup gue setidaknya berguna untuk membuat orang lain tertawa dan gue harus tetap hidup. Dramatis.
So, itulah 5 hal yang bisa gue banggakan dalam hidup gue. Bermakna atau engga buat gue kayaknya ga terlalu. Gue merasa hal itu belum bisa memenuhi ego gue dalam meraih pencapaian. Gue bahkan sejujurnya malu untuk menulis bahwa lima hal diatas adalah sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Tapi seenggaknya ada daripada engga sama sekali. Duh, makin malu gue.
Sc: Pinterest
aku langganan netflix
BalasHapus