4 years.

Hi, it's me, Ipit.

Semua bermula dari seseorang yang bertanya pada gue waktu SMP.

"Emang lu mau kuliah di mana?" 

Gue yang waktu itu bingung karena gue kira, setelah lulus dari SMP itu SMA, bukan langsung kuliah. Gue yang gak tau apa-apa tentang istilah perkuliahan dan jurusan langsung mencari tahu jurusan apa yang menurut gue sesuai dengan minat gue. Waktu itu, gue ada minat dengan bahasa inggris, jadi bertemulah gue dengan jurusan Hubungan Internasional. Untuk kampus sendiri, gue cuma ada gambaran kampus dari buku novel Raditya Dika dan Ernest Prakasa yang mereka tulis di dalamnya. Raditya Dika mengenalkan gue pada Universitas Indonesia dan Ernest Prakasa mengenalkan gue pada Universitas Padjajaran. Maka tercetuslah pilihan HI UI atau HI UNPAD secara asal. Tanpa gue mikir prospek kerjanya, tanpa gue mikir kedepannya, dan tanpa pertimbangan orang tua tentunya. Semuanya murni karena Raditya Dika dan Ernest Prakasa.

Ambisi gue mengantarkan gue pada buku-buku dan literatur lain yang berbahasa inggris atau bahkan ga jarang, gue belajar bahasa lain kayak Spanyol dan Prancis. Saat SMP gue inget banget Miss Reni merekomendasikan buku Emma karya Jane Austen karena waktu itu beliau lagi melihat gue sedang membaca buku Northanger Abbey dari penulis yang sama juga, alasan gue suka Jane Austen karena kebanyakan dibuku-bukunya, Jane Austen melukiskan penggambaran perempuan sebagai sosok pahlawan (heroine). 

Hingga keyakinan bahwa gue ingin masuk Hubungan Internasional sampai di SMA. Mungkin sebagian teman-teman gue menganggap gue anak ambis. Gue juga merasa begitu. Tapi gak lain dan gak bukan adalah karena cita-cita yang gak sengaja gue temukan waktu gue SMP. Sebuah omongan asal yang gak berdasar dan gak tau itu apa. Secara tidak sengaja juga hal ini mengantar gue pada ekstrakurikuler debat. Awalnya gue gak tau kalau Hubungan Internasional berkaitan erat dengan debat. Sampai ketika pertanyaan seputar jurusan dan kampus gak asing ditanyakan di SMA, teman gue tiba-tiba bilang "Ooo pantesan lu masuk debat". Dari situ, gue sadar bahwa ada erat kaitannya antara hobi, minat, dan impian yang gue inginkan.

Di satu sisi, gue juga skeptis saat tau banyak realita bertebaran soal jurusan Hubungan Internasional ini. Banyak yang bilang idealnya dari jurusan Hubungan Internasional itu adalah jadi diplomat, tapi masalahnya, kursi diplomat sedikit. Realitanya, banyak yang dari Hubungan Internasional ini bekerja di bank atau kalau cerita guru agama gue yang bilang kalau kakaknya sendiri jadi seorang pebisnis dari jurusan Hubungan Internasional ini.

Lama-lama, gue agak goyah. Seperti yupi yang di goyang-goyang, gue agak berpikir untuk prospek jangka panjang. Ditambah lagi dengan teman gue yang tiba-tiba ngajak debat,

"Kenapa ga Ilmu Ekonomi?"

"Karena gue ga minat"

"Emangnya lu kalau mau ambil HI mau jadi apa?"

"Gak tau, menurut gue asal gue suka aja, jadi apanya, ya itu pilihan"

"Jadi lu kuliah bukan buat nyari kerja?"

"Itu juga termasuk, tapi gue lebih milih nyari ilmu"

Perdebatan kecil itu sukses buat yupi yang ada di dalam diri gue makin klemar-klemer. Hingga hari SNMPTN tiba, gue memilih jurusan lain. Jurusan Ilmu Ekonomi UI dan yang kedua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Brawidjaya. Hasilnya apa? Yup, gue sukses nangis kejer karena ketolak. Tapi, di samping gue yang lagi nangis sambil minum Teh Kotak, ada gue juga yang lagi berandai-andai "Gimana kalau misalnya gue keterima? Apa gak stress?" Orang-orang juga tau, gue adalah orang nomor satu pembenci angka dan matematika, lalu apakah gue akan terus tetap hidup, kalau sampai lulus gue akan dikelilingi oleh angka? Ihhhh males.

Maka, mari kita coba lebih berani. 

Mari bermain hoki. 

Mari bermain dengan kegilaan pikiran gue sendiri. 

Gue pengen tau, sampai dimana gue akan mampu bermain-main?

Pendaftaran UTBK, gue kembali dengan pikiran jernih gue di jam 1 malam sembari menimbang-nimbang "Haruskah gue pilih jurusan ekonomi lagi?"

Tapi, gue udah terlanjur sakit hati.

Gue memilih Hubungan internasional Universitas Padjajaran di pilihan pertama dan Manajemen Universitas Brawidjaya di pilihan kedua. 

Dua-duanya sukses bikin gue pusing. Pusing karena mikirin apakah gue akan keterima karena banyak orang tau kalau dua-duanya naudzubillah ketat. Pusing karena harus meyakinkan orang tua gue untuk tinggal merantau dan yang prospek kerja yang masih ngambang. Pusing karena gue masak nasi aja jadinya bubur.

Saat UTBK berlangsung, gue benar-benar pasrah.

Istilahnya, gue nembak semua, dan gue meragukan pilihan gue. Gue hanya bisa berpasrah dan berdoa setiap hari agar keajaiban datang. Doa paling aneh yang pernah gue panjatin adalah,

"Ya Allah...Semoga yang daftar HI Unpad cuma saya, jadi saya ga ada saingannya"

Yah, seandainya aja. 

Tapi realistisnya, gue cuma berdoa agar gue diterima.

Setelah UTBK hidup gue ada di ambang kesadaran. Istilahnya, lu mau belajar juga capek, ga belajar juga takut ga lolos. Maka, gue menghabiskan subtest TKA di ruangbelajar gue dan beberapa kali bahkan gue menulis untuk mengerjakan soal SIMAK. Se-terombang-ambing itu hidup gue. Gue bahkan gak tau mau ngapain. Mau main gitar, kepikiran PTN. Mau baca buku, kepikiran PTN. Mau tidur, ku ingat kamu (Sheeesss) Jantung gue udah ga karuan. Tapi anehnya, ada keanehan terjadi.

Ga jauh beberapa hari lalu, nyokap gue tiba-tiba bilang,

"Nanti wifi cabut ya?"

"Kok dicabut?"

"Emang kalau Ipit ke Bandung, siapa yang make?"

Dalam hati gue, iya juga. Kalau gue gak ada di rumah, rumah gue bakalan kosong. Tapi masalahnya, apakah gue bakalan ke Bandung? Ehm, lebih tepatnya Jatinagor. Sebuah tanya muncul di kepala gue saat gue sibuk main game Ni Noku Ni,

"Apakah ini sebuah firasat?"

Gue hanya menganggap itu hanya angin lalu,

Gue bahkan meminta orang lain untuk tetap tidak terlalu memasang ekspektasi tinggi karena di mata mereka gue orang yang rajin dan ambisius. Menurut gue, jagoan juga ada kalahnya. Jadi, walaupun gue jeniuspun, ga menutup kemungkinan kalau gue gagal. Gue yakin itu.

Setiap orang yang gue temui, pasti gue palak doa. Gak jarang, gue kampanye kayak kemarin contohnya, teman gue meminta gue untuk membuat proposal dalam rangka perpisahan, maka gue palak dengan "Makanya, doain gue masuk pilihan pertama. Kalo masuk gue bikinin" Sahut gue.

Hingga hari ini, rasa khawatir itu hilang. 

Intinya gue bangga, cita-cita dan mimpi kecil gue tercapai.

Gue diterima di pilihan pertama.

Iya, Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran :)



Komentar

Ê• •á´¥•Ê”