That's Okay
Tea in the morning?
Gue sedang mengawali hari dengan menyeruput teh panas sambil dengerin lagu di Spotify. Kalau lu tau lagu Crazy Beautiful-nya Austin P. McKenzie, lu bakalan sadar kalau lagu ini sangat enak didengar di pagi menjelang siang sambil menyeruput teh dan pisang goreng. Keseharian gue entah kenapa terdengar kayak Kuli Jawa yang siap mengaduk semen setelah makanan habis. Musik gue tengah beradu dengan musik shalawat yang di putar tetangga sebelah. Ini baru definisi work life balance menurut gue. Selain lu bisa party dan happy di dunia, lu juga bisa party dan happy di akhirat. Masyaallah.
Kehidupan yang tentram dan damai inilah yang gue rindukan sejak dulu. Sejak gue sekolah, gue selalu disibukan dengan kegiatan yang gak lain dan gak bukan adalah belajar. Menurut gue gak salah, tapi satu kali bumi berotasi rasanya sangat mengganggu waktu gue untuk bisa belajar dan mengeksplor diri gue lebih dalam. Rasanya gue selalu dikejar sama waktu. Kadang gue pengen bumi diem aja gitu. Ngapain kek, masih banyak hal lain yang bisa dilakuin selain muter doang. Gue pengen dalam satu hari waktu terasa begitu lama. Tapi, kita positif thinking aja lah ya, mungkin bumi ngelakuin itu biar semua orang merasakan waktu bahagia dan sedih di porsi yang sama. Semua orang memiliki cerita berbeda setiap harinya. Kalau bumi berputar lebih lama, takutnya yang hidupnya di hari itu happy-happy aja malah lupa kalau bahagianya sementara, sedangkan buat yang lagi "kenapa-kenapa" di hari itu, pasti sakit banget buat ngerasain kesedihan yang terlalu lama. Jadi dibuatlah sistem bumi berotasi 24 jam dalam sehari, biar besoknya semua orang bisa memulai kembali kegiatan mereka yang baru dan dengan cerita berbeda. Yeay!
Ngomong-ngomong, pengumuman SNMPTN telah tiba!!!
Sebelum gue melihat hasilnya, gue bakalan flashback dalam 2 tahun terakhir tentang SNMPTN. Jujur aja, sebelum gue mengalami sendiri apa itu SNMPTN, UTBK, UN, dan istilah-istilah pendidikan lain yang terasa sangat asing ditelinga gue. Yang gue tau dari internet, bahwa ketiga hal itu adalah bagian paling horor bagi para siswa yang mengalaminya. Dulu, gue biasa aja. Gue melihat Twitter yang gak sedikit ngomongin tentan SNMPTN atau kakak kelas gue yang diterima di SNMPTN dan teman-teman yang lain memberikan semangat. Gue pikir, dulu SNMPTN adalah jalur seleksi dimana ada intelegen dari kampus yang memata-matai siswa berprestasi di setiap SMA dan yang terpilih bakalan auto masuk kampus tersebut dengan surat yang diantar dari kantor pos sampai ke rumah. Yah, sebocah itu memang. Tapi, ya namanya jalur undangan. Apa yang gue tunggu lagi selain nerima undangan?
Tapi kenyataannya, gak ada intel, gak ada surat terbang yang dikirim pakai burung hantu dan masuk rumah secara paksa lewat jendela, atau profesor dengan janggut panjang dan jubah menjuntai didalamnya. Ternyata, SNMPTN sama aja daftar-daftar juga. Pilih jurusan sendiri, berprestasi atau engganya lu ya balik lagi ke hoki. dan yang pasti, ga pasti.
Gue gak tau apakah kalian udah cek atau belum. Udah belum?
Gimana hasilnya? Hijau? Merah?
Ah... Kalau menurut kalian gue gak berhak tau, that's okay. Gue gak akan cari tau atau mau tau tentang hal yang menurut gue bukan ranah gue. Tapi, kalau kalian ngabarin, entah hasilnya hijau atau merah, gue akan dengan senang hati menerimanya dan memberikan selamat entah apapun itu hasilnya. Kita ada di tempat dan situasi juga perasaan yang sama. Sama-sama takut, Sama-sama panik, sama-sama overthinking, dan kesamaan lain yang mengganggu pikiran kita semua pastinya. Gue bukan konselor psikolog atau apapun yang mau bikin kalian tenang karena gue juga sama ketar-ketirnya. Gue disini cuma mau bilang, jangan terlalu bersedih.
Bukan cuma untuk kalian yang sedang bersedih, tapi mungkin untuk gue juga.
Gue mengetik tulisan ini tepat di tanggal 24 Maret 2022. Tepat di 5 hari sebelum pengumuman hasil SNMPTN diumumkan. Sekarang gue juga lagi takut. Takut dalam artian,
"Kalau gue gak diterima gimana ya?"
"Kalau teman-teman gue keterima dan gue engga, gimana ya?"
"Kalau ternyata teman gue yang nilainya bahkan lebih kecil dari gue tapi dia diterima dan gue engga, gimana ya?"(maaf, bukan merendahkan.)
Semua pikiran-pikiran itu terlintas di kepala gue. Seakan ga pernah ada jawabannya.
Sebelum daftar SNMPTN, gue selalu diingatkan oleh banyak hal. Seperti orang-orang terdekat gue ataupun media sosial kayak Twitter dan Instagram yang bilang "Jangan terlalu berharap sama SNM. Doi ghaib, mending lu belajar UTBK." Ada benarnya. Tapi entah kenapa, gue juga ada harapan terpendam dalam SNM kali ini. Dalam artian, gue pengen juga loh keterima walaupun gue tau saingannya bukan main-main. Gue mendaftar di jurusan ekonomi Universitas Indonesia dan jurusan ekonomi di Universitas Brawijaya. Setelah gue tau jumlah pendaftar di dua kampus itu, gue lemes. 40 ribu orang kalau dibarisin diantara salah satunya, gue akan ada di posisi keberapa? Belum lagi dengan UI yang memiliki pendaftar 18 ribu orang. Seketika gue sadar diri. Seperti ditampar kenyataan. Tapi kenyataan tersebut gak pernah bisa gue tolak. Gue juga gak sekali dua kali mendapatkan mimpi aneh ketika tidur. Mimpi-mimpi tersebut aneh. Ada satu mimpi gue diterima di PTN. Gue kira gue diterima di PTN yang gue mau, gak taunya gue diterima di PTN lain yang sama sekali gak gue ingin. Gue saat itu langsung menangis sesaat setelahnya gue bangun dari tidur dan gue sadar itu hanya mimpi. Mimpi kedua lebih ekstrem. Saat gue membuka pengumuman, terpampang penglihatan gue langsung memerah pertanda gue melihat bahwa gue tidak diterima di universitas yang gue mau. Ini gak ngarang ya. Gue tadinya bahkan mau bercerita ke teman gue. Tapi gue takut. Gue takut apa yang gue ceritakan malah menjadi kenyataan. Makanya, gue diam.
Gue selama ini menyiapkan sebuah skenario juga. Skenario dimana nantinya gue diterima SNM atau engga. Kalau gue keterima SNM mungkin gue gak akan pusing untuk mengatur perasaan karena rasa bahagia itu pasti memenuhi hati gue, tapi gimana misalnya gue gak diterima?
Entahlah. Bahkan jika memang emosi itu udah gue atur, gue rasanya masih belum bisa. Gue mencoba gak akan iri dan membandingkan diri gue dengan siapapun. Itu dulu.
Gue harus ingat bahwa banyak faktor lain yang membuat dia diterima sedangkan gue engga. Gue gak akan menjudge mereka asal-asalan dan gue yakin mereka pantas mendapatkannya. Begitupun juga gue. Gue gak diterima bukan berarti gue gak pantas. Gue hanya belum pantas. Menurut gue, ini bukan akhir. Gak cuma karena gue gak diterima dalam satu jalur, dunia akan runtuh, engga. Masih ada jalur lain yang bisa gue capai. Masih ada banyak hal yang mungkin gue bisa coba. Masih banyak pelajaran yang mungkin belum gue dapat. Mungkin dengan tidak diloloskannya gue nanti, gue bisa mengubah versi gue menjadi lebih baik lagi dengan mengejar ketertinggalan, misalnya.
Ini terdengar seperti kalimat penghibur, tapi gue cuma mau bilang "That's Okay".
Seperti yang gue tau, hal-hal seperti diterima SNM atau SBM atau mandiri adalah diluar kuasa gue.
Gue gak akan pernah bisa menuntut atau teriak-teriak bahwa dunia gak adil hanya karena satu penolakan belaka. Hal yang bisa gue kuasai adalah diri gue sendiri. Akankah gue senang, sedih, atau biasa aja? Itu semua akan gue rasakan dalam 9 jam kedepan. Gue akan mengakui apapun emosi yang keluar di tanggal 29 nanti. Gue akan membiarkan semua emosi gue lepas di hari itu. Tapi, ketika pagi tiba, gue akan melupakan apa yang telah terjadi kemarin. Bahwa hal tersebut adalah tidak apa-apa dan mari mencoba melakukan hal baru. Mari berusaha untuk hal-hal yang nantinya akan lebih seru.
Tidak diterimanya gue mungkin karena ada sesuatu hal lain yang menunggu. Hal lain yang mungkin lebih indah, hal lain yang mungkin lebih seru, atau apapun itu yang telah dituliskan hanya untuk gue. Gue percaya dengan rencana tuhan. Bukan sok agamis atau gimana, tapi buat gue, gagalnya gue dalam satu hal, gak menjadikan gue orang paling gagal di dunia. Gue dulu pernah berpikir kalau lomba apapun yang gue ikutin selalu gak pernah menang. Sampai sekarang kalau ditanya prestasi, gak ada yang bisa gue sombongin. Tapi, gue gak mau lagi berpikir bahwa gue hanya remahan peserta yang gak pernah menang. Walaupun gue gak pernah menang, setidaknya gue ikut. Pengalaman lah yang membuat gue menang. Karena pengalaman itu, gue bisa menulis disini untuk bercerita. Pengalaman membuat gue menjadi orang yang lebih berani. Setidaknya saat harus berpapasan sama tukang service yang ngajak ngobrol waktu benerin AC, gue punya bakat untuk berkomunikasi sama teknisinya.
Gue yakin, bukan cuma gue. Kalian juga memiliki perasaan sedih yang sama. Tapi gue harap, semoga kesedihan kita gak berlarut. Sedih yang kita alamin harus berhenti ketika rotasi bumi juga berganti. Adanya rotasi bumi bukan tanpa maksud, maka manfaatkanlah. Gunakan pergantian rotasi siang dan malam menjadi pembatas antara perasaan kita yang lama dan yang baru.
Terakhir, untuk gue dan kalian, jika diterima di SNMPTN tahun ini.
Selamat ya, kita pantas buat dapetin apa yang udah kita usahain. Selamat atas do'a dan kerja keras yang udah kita tujukan untuk mimpi kecil kita dan semoga mengantarkan kita ke mimpi yang lebih besar. Gue tau rasanya menyenangkan dan terharu, tapi tetap jaga perasaan itu untuk diri sendiri. Jangan berbesar hati dulu. Kita gak tau apa yang akan kita hadapi di kemudian hari. Jangan juga menceritakan apapun tentang usaha kalian ke orang yang gak diterima karena takut menyinggung hati kecil mereka. Jangan pernah tunjukan rasa bangga kita ke depan orang yang engga merasakan euphoria yang kita punya. Simpan emosi itu untuk diri sendiri dan keluarga. Orang lain belum tentu mau tau.
Ah... Apapun hasilnya, gue berharap, kalian semua bahagia. Gak ada harapan lain selain menjadi bahagia. Bahagia adalah elemen terpenting dalam hidup gue. Entah apapun hasilnya, gue harap gue bisa menjadi pribadi yang lebih bahagia dari sebelumnya. Dengan bahagia juga, gue jadi bisa melanjutkan pembelajaran gue untuk menghadapi UTBK nanti.
Btw banget nih, makasih banyak untuk pembaca blog gue yang mencapai angka 3 digit. Gue gak tau akan sebanyak itu. Feeling gue sih berkata, kalo pembaca blog gue adalah gue yang sering buka-buka blog sendiri. Tapi, atas dasar pengalaman, gue mencoba membaca blog gue melalui penyuntingan yang alhasil gak mempengaruhi jumlah pembaca. Kagetnya saat tau yang baca mencapai pembaca terbanyak dalam seluruh tulisan gue membuat gue terharu.
Teman gue sempat berkata,
"Pit, kalau udah lulus, lu harus tetep nulis ya?"
"Pasti sih"
"Sering-sering juga sebut nama gue di blog lu"
"...."
Gue akan selalu menulis. Entah apakah gue akan mengorbankan tulisan tangan gue demi blog atau tetap melanjutkan keduanya. Karena jujur nih, cuapek. Gaya tulisan gue pun berbeda antara blog dan diary. Kalau di diary gue dengan bebas berekspresi sedangkan kalau di blog, gue biasanya akan mencoba untuk mengemas cerita menjadi sedemikian rupa sehingga bahasa gue bisa dinikmati dan dicerna dengan mudah oleh para pembaca.
Yah, intinya... Makasih atas segala kegabutan yang kalian punya. Tolong dukung tulisan gue selalu! Adios ma chérie~💖
Sc: Galeri sendiri
Kerennn bangett kata2nya!! Makasih juga buat kata2 nya. Semangat terus ya! Btw aku angkatan 22 juga :> salam kenal, semoga tahun ini kita jadi maba
BalasHapusAaaa makasih banyaaak, sama sama banget dan makasih banyak yaa udah baca. Semangat juga ya, kita pasti bisa jadi maba, semangat terus!
Hapus