Day 26: Pet Peeves
Ngomongin Pet Peeves sebenernya banyak banget hal yang gue resahkan akhir-akhir ini. Sekedar informasi aja, Pet Peeves itu adalah sesuatu yang menjengkelkan. Tapi, gak semua orang bakalan sependapat dengan gue akan kejengkelan yang akan gue tulis ini. Gue memandang orang itu jengkelin, tapi bisa jadi orang itu gak merasa bahwa kelakuannya bukanlah sesuatu yang menjengkelkan.
Banyak banget hal yang gue keselin akhir-akhir ini. Gue juga gak tau kenapa semakin hari gue semakin sensitif. Biasanya gue liat anak kecil main bola di tengah jalan ya bodo amat. Gue gak berani membunyikan klakson agar mereka segera minggir. Sekarang, rasanya mau gue lindes aja semua anak-anak yang main di tengah jalan. Ya ampun, kemana perginya kesabaran gue?
Kayaknya sih ini faktor gue yang jarang kemana-mana. Faktor pandemi juga sih, makanya gue gak heran banyak banget ketikan gila di komentar Twitter dari netizen-netizen kita yang budiman. Mungkin mereka juga jarang kemana-mana jadi melampiaskannya di kolom komentar. Sebenarnya gak cuma Twitter sih, komen Instagram juga aneh. Tapi ya, semua sosial media pasti ada ampasnya. Gak bisa gue bilang Twitter better than Quora atau sebaliknya. Udahlah, gue gak mau bahas perbandingan lebih gilaan orang di platform mana. Buat gue semuanya gila. Pandemi bikin gila. Gue buktinya.
Balik ke Pet Peeves, ini sih hal-hal yang gue keselin selama gue hidup,
1. Paling superior
Gue benci banget. Serius. Gak jauh-jauh dari orang yang doyan self-center. Kalau dalam istilah PDKT ada red flag, tapi buat gue ini juga red flag dalam pertemanan. Gue paling gak bisa ada di deket orang yang ngomongin tentang dia sendiri atau apapun yang menjurus ke arah itu. Seakan doi pusat semesta. Gue benci banget. Bukannya apa-apa ya, gue masih oke kalau sharing soal pengalaman lu atau semacamnya, tapi kalo ada maksud tersirat seakan dia bilang "Ha, lo ga lebih baik dari gue" Itu gue pengen banget katain tapi gue tahan karena sebenarnya emang benar. Tapi gak perlu ngerendahin orang juga kali, kayak contohnya,
"Gue baru aja namatin buku ini, susah banget asli. Inggris klasik bener-bener susah"
"Wkwkwk emang sih, tapi kemarin gue baca 2 hari selesai."
Dalam hati gue, bisa diem aja gak?
Kalau kesel, gue bakalan menjerumuskan mereka-mereka ini kedalam lubang kesombongan yang mereka buat sendiri.
"Asik! Lu keren banget! gue aja 1 semester baru selesai, eh besok bacain dong bukunya Men Without Woman nya Haruki, itu gak inggris klasik sih, tapi kayaknya 2 hari bisa lah lu review ke gue gimana bukunya."
Biasanya kalau mereka melihat reaksi yang tidak sesuai ekpektasi, antara wajah mereka bakalan berubah atau mereka bakalan tersenyum terpaksa. Hihihihi...
Fvck sombong, segalanya hanya milik Allah.
2. Adu nasib
Dari sekian banyak template yang gue terima dari teman-teman gue ketika gue curhat ke mereka, yang paling gue keselin adalah "Ah, lu masih mending, lah gue..." template ini menggeser posisi template lain kayak "Sabar ya..." atau "Gue harap masalah lu cepet selesai ya". Dua template selain si mending, gue masih menghormati deh. Mungkin mereka juga lelah, terus mendengar cerita gue jadi ikutan lelah juga, gue gak apa-apa sumpah. Tapi, kalo sampe ngebandingin, gue pengen bales "Lu kan punya masalah, gue juga nih, yang gue denger berantem bisa nyelesain masalah. Gas?"
Atau kalau lu punya senior di sekolah, lu bakalan sering mendengar template ter-an-j-ing
"Kalian mah enak Dek, baru makan nasi di pasir, angkatan saya dulu makan pasirnya!"
ARRRGH!
Gue benci banget. Pengen gue ajak berantem juga gue pasti kalah. Makanya gue diem ajalah. Semoga ada yang wakilin gue buat berantemin orang-orang ini. Hufhh sabar...
3. Pelit lagu
Gue pernah punya pengalaman waktu SD. Waktu itu gak ada teknologi kayak Shazam atau Google yang bisa mendetect lagu apa yang gue maksud. Saat itu tiba-tiba terdengar suara musik di putar dari hp teman gue, gue merasa lagunya enak. Tapi masalahnya, gue gak tau judulnya apa. Gue juga saat itu belum bisa memprediksi judul lagu dari liriknya karena keterbatasan bahasa yang gue punya. Gue pun akhirnya memutuskan untuk bertanya,
"Bro, judul lagunya apa?"
"Cari sendiri" dia pun melengos pergi.
Gue benar-benar pusing kala itu. Dimana-mana musik itu diputar. Di tempat makan, di kedai, di Televisi. Kayak emang lagi hype aja. Hal satu-satunya yang bisa gue lakukan adalah bernyanyi nadanya aja. Tapi itu nyiksa asli. Gue mencari di google sepenggal lirik yang gue ingat waktu itu adalah 'away'. Lagu apa yang memiliki kata 'away' di dalamnya? Tapi nihil. Gak ketemu karena kebanyakan hasil pencarian menunjukan 'away' yang lain. Bukan 'away' yang gue maksud.
Gue menyerah, gue bertanya sekali lagi keesokan harinya.
"Ini judulnya apa? plis kasih tau dong" Kata gue dengan tampang memelas.
"Ah lu mah ngikutin selera musik gue mulu, Pit" melengos lagi dengan ditambah muka sinis.
Loh? Kok marah? Yang harusnya marah gue dong! >:(
Gue rela-relain bergumam tiap hari dan nada nya benar-benar menempel dikepala. Sampai akhirnya gue masuk SMP dan gue baru mendapati judul lagunya. Locked Away-Adam Levine. Sial.
"Kak, lagu yang di denger enak semua. Boleh minta playlist Spotifynya?"
Jelas gue excited banget buat share playlist gue. Alasannya karena artis yang gue suka biasanya underated. Orang yang suka sama lagu gue setidaknya membantu gue untuk mempromosikan artis yang gue rasa pantas untuk mendapat apresiasi lebih dari yang sekarang mereka dapat. Gue juga gak mau orang ngerasain rasanya kesika nyanyi tapi gak tau lagu. Ya ampun, buat kalian yang pelit lagu dan gak mau seleranya di samain mending kurang-kurangin deh. Bukan lagu lu juga, jadi jangan belagu.
Sebenarnya masih banyak Pet Peeves yang gue belum tulis disini. Kalau gue tulis, mungkin kalian juga bakalan bosen bacain kekesalan gue yang tidak berujung. Untuk sekarang, gue yakin 3 aja cukup.
By the way, gak terasa dalam 4 hari lagi blog ini habis. Yang lebih gak terasa adalah bahwa besok adalah tahun 2022. Gue gak mau menuliskan harapan terkait blog dulu di sini karena hal itu akan ada di topik terakhir, tapi harapan gue untuk di tahun 2022, semoga gue bisa masuk PTN yang gue mau, menjadi gue yang baru, lebih ceria, lebih bahagia, dan lebih banyak orang baik yang mengelilingi gue. Terima kasih juga untuk orang-orang yang selalu menjadi ide untuk gue tulis dan menjadi bagian dari diary gue, blog gue, puisi gue, dan ingatan gue yang gak akan gue lupain selamanya.
Jujur aja, tanpa teman-teman gue, gue gak akan memiliki cerita masa muda yang seseru anak muda lain. Tanpa orang-orang lain di sekeliling gue, gue gak akan bisa menulis dengan mudahnya kekesalan gue disini. Ya walaupun beberapa dari lo ngeselin, tapi seenggaknya masih ada hal yang bermanfaat dari hal ngeselin yang lo punya. Kayak jadi bahan buat tulisan gue, contohnya. Hehehe
Terakhir, untuk pembaca blog gue yang mana adalah teman gue sendiri juga atau teman dari antah berantah yang gak pernah menemui gue di kehidupan nyata, gue juga mau mengucapkan terima kasih atas dukungan kalian. Gue liat-liat antusias pembaca blog gue cukup banyak. Gue gak expect bakal sebanyak itu. Tapi, terima kasih untuk waktu yang kalian luangkan untuk mendengar keluh-kesah dari gue, semoga kalian gak bosen dengan topik yang akan gue bawakan kedepannya. So, good night and happy new year!💜
Komentar
Posting Komentar