Announcernya Introvert

Halo gengs. It’s nice to meet you all. Kali ini gue akan memperkenalkan diri sendiri terlebih dahulu kali, ya. Perkenalkan nama gue Ipit dan gue adalah salah satu mahasiswa di Universitas Padjajaran. Pada kali ini juga gue akan menuliskan segala keseruan yang gue alami di Radio Unpad. Berhubung gue juga menjadi salah satu anggotanya, so, disinilah gue. 

Akhir-akhir ini gue tengah liburan akhir semester. Liburan ini membuat gue jadi mulai mengorek pikiran gue lebih dalam mengenai Radio Unpad. Pikiran gue seakan memutar balik ke belakang dengan potongan-potongan kejadian yang selama ini terjadi di Radio Unpad. Potongan kejadian itu layaknya film untuk gue. Jadi, gak heran kalau ada banyak banget dialog-dialog dari orang-orang yang nantinya bakalan gue ingat dengan persis.

Sembari mencari referensi dan  meminum sekotak teh, gue akhirnya menemukan apa yang harus gue tulis. Kak Aznel yang tiba-tiba me-mention soal blog gue yang berisi diary membuat gue berpikir “Apa gue harus menulis sebagaimana biasanya ya?” HAHAHAHA…
Jadi, sebelum  sekotak teh gue habis, ada baiknya kita mulai mengingat-ingat kembali, kenapa gue bisa ada di sini.

Entah apa yang dibenak gue ketika SMA, tapi tiba-tiba sebuah kalimat ini terucap di depan Wali Kelas gue saat itu, Pak Aris.

“Pak, doain saya ya, masuk UNPAD. Saya mau jadi penyiar di sana.”

Pak Aris yang mungkin merasa bahwa gue agak lain karena random banget, loh. 

Saat itu kelas udah kosong dan hanya menyisakan gue dan kedua teman gue, kok tiba-tiba gue ngomong begitu? Pak Aris hanya bisa mengiyakan dan mengamini sebuah angan-angan kosong dari omongan gue yang dibalas oleh beliau juga sama ngasalnya.

Padahal kalo dipikir-pikir juga, jujur aja. Gue clueless mengenai dunia siaran. Bahkan gue gak tau apa-apa soal UNPAD. Tau di UNPAD ada radio aja juga engga. Maka, sebuah harap yang tiba-tiba menjadi nyata itu kembali merasuki pikiran gue yang sekarang malah memproduseri sebuah program di Radio Unpad, “Kok tiba-tiba gue jadi penyiar ya?"

Tanda tanya itu akhirnya kembali mengingatkan gue ke zaman gue masih baru banget menjadi mahasiswa di Universitas Padjadjaran. Saat itu gue pengen banget masuk AIESEC. Lah? WKWKWKWK. Gue juga bingung. Tebakan gue saat itu adalah karena sebelum masuk kampus, teman sma gue berpesan begini,

“Ga usah banyak-banyak organisasi, Pit, 1 atau 2 aja cukup, abis itu lomba atau magang, mending lu ikut aja kayak AIESEC gitu, itu kan udah terkenal sampai keluar tuh”

“Iya deh, doain aja ya semoga gue masuk AIESEC”

Bahkan dunia siaran gak terpikirkan oleh  gue saat itu.

Tapi guys, gue pikir masuk organisasi kampus itu segampang lu daftar, terus udah masuk aja gitu. Hal yang gue pikir bakalan sesimpel masak mie goreng malah jadi kayak masak  mie aceh. Syulit.

Waktu acara parade UKM saat Prabu alias ospek universitas, teman gue, Andrea, yang tahu bahwa gue ingin masuk AIESEC dengan semangat menunjukan gue kalau AIESEC lewat di depan kita.

“Tuh Pit, AIESEC lewat”

Gue dengan excited meminta selebaran dari AIESEC walau akhirnya selebarannya diminta lagi entah untuk tujuan apa. Gue ingat, Radio Unpad saat itu lewat pertama. Dengan slogannya, seseorang berteriak melalui megaphone “Triple Double you dot Radio dot Unpad dot eysi dot aidi, Radio Unpad, saluran informasi Universitas Padjadjaran” Gue akui saat itu semua orang menunjukan rasa ketertarikan mereka entah melalui tatapan mereka yang gak terlepas dari anak-anak Radio Unpad atau rasa excited mereka yang ditunjukan terang-terangan. Tapi, rasa excited yang gue rasakan gak sebesar AIESEC ini. Sebuah tekad  muncul bahwa gue harus masuk AIESEC. Tidak lain dan tidak bukan karena menurut gue AIESEC ini keren aja, walaupun gue gak tau itu organisasi apa.

Sebuah kekhawatiran muncul ketika pulang dari parade UKM itu.

“Kalau gue ketolak AIESEC, gue masuk apa ya?”

Hingga ditengah overthinking yang melanda, tiba-tiba sebuah broadcast message muncul di grup. Broadcast itu memuat segala informasi mengenai Radio Unpad. Saat itu, gue kembali teringat percakapan awal gue dengan wali kelas gue.

“Bukannya dari awal gue emang pengen masuk radio ya?” Batin gue saat itu. Hingga tanpa pikir panjang, gue akhirnya membuka link open recruitment itu dan secara resmi telah menjadi salah satu calon penyiar di Unpad dan bersaing dengan orang-orang lain yang juga sama tertariknya dengan dunia penyiaran ini.

Di tahap awal, gue mengikuti seleksi dengan membuat video Tiktok. Dari sini aja rasanya gue mau menyerah. Teman-teman gue semuanya tau kalau gue adalah anak yang anti kamera. Rasa insecure gue ada di ketinggian 5.000 kaki, masa iya sih gue bisa ngomong di depan kamera? Di depan orang aja omongan gue gak jelas. 

Maka akhirnya, di malam itu, gue menulis sebuah teks yang nantinya akan gue katakan di depan kamera dan terakhir akan gue upload ke akun Tiktok pribadi gue. Secara resmi juga, akun Tiktok gue yang selama ini cuma digunakan untuk menonton video kaffa Nugraha (yang suka cosplay jadi maba Nurul itu loh) berakhir dengan gue yang mengupload video Tiktok tengah berpura-pura menjadi seorang penyiar. Harus beberapa kali take demi konten yang memuaskan. Gue sampai meminjam hp teman gue untuk nantinya gue putar musik melalui Spotify sebagai closing dari video siaran gue kali itu. Gue awalnya bingung mau buat video kayak apa, jadi gue scroll melalui hastag dan  melihat-lihat peserta lain yang kayaknya lebih oke dari gue. Gue sempat menciut saat itu karena video orang lain kayaknya lebih bagus dan cara berbicara mereka kayak udah expert daripada gue. Gue akhirnya mencari ide lain. 

Gue joget di akhir video. Ini serius. Gue juga malu kalau inget sendiri. Tapi demi terciptanya suatu perbedaan dan karakteristik dari video yang gue buat, maka gue resmi joget ala-ala dugem.

Dan benar saja pemirsa, video yang kemarin gue unggah di Tiktok akhirnya menjadi ajang roasting-me-roasting di grup yang berisi teman-teman Prabu gue. Bukan masalah jogetnya, tapi karena gue ketawa rispek. Tau gak sih ketawa yang cuma “Hehe” Udah gitu aja. Kalo kata teman gue,

“Minimal kalo ketawa yang ikhlas lah, Pit” Ujar Alif

Itu udah ikhlas, cuma ya gimana kalo gue ketawa beneran di sepanjang video? Gue bisa disangka gila sama ibu kost.

Akhirnya video gue selesai juga, jadi gue tinggal menunggu seleksi tahap pertama. Sebenarnya gue harap-harap cemas. Tapi gue lebih banyak cemasin UKM sebelah alias AIESEC karena seleksi tahap pertamanya juga akan berlangsung sebentar lagi. Gue harus bersiap belajar bahasa inggris karena setelah yang gue tau, AIESEC syarat wajibnya adalah bisa berbahasa inggris minimal untuk percakapan. Ya dipikir aja sih, gue ngomong bahasa Indonesia aja belepotan, apalagi Inggris. 

Tapi untungnya, di hari pertama gue ikut dalam AIESEC itu, gue gak perlu ngomong pakai bahasa inggris. Ternyata juga, hari itu bukanlah seleksi, tapi baru pengenalannya aja. Nah nantinya ada LGD atau Leaderless Group Discussion yang ternyata adalah seleksi pertama dari AIESEC sendiri. Jujur aja gue harap-harap cemas. Tapi karena masih lama, gue bisa bernafas lega walau hanya sedikit. Nah, sepulang dari kegiatan AIESEC tadi, gue dikabari melalui email bahwa gue lolos seleksi tahap pertama Radio Unpad. Wah, kece. Gue kira drunk video yang gue upload  di tiktok bakalan di skip saking malesnya karena penampilan gue yang seadanya. Tapi ternyata drunk video itu malah jadi salah satu harapan yang setiba-tiba tumbuh lebih besar daripada harapan gue untuk bisa masuk ke AIESEC sendiri.

 

Hingga gak lama setelah pengumuman Radio Unpad itu, gue di undang ke dalam sebuah grup Whatsapp yang berisi sekitar 80 lebih anak lain yang nantinya bersaing dengan gue untuk bisa masuk Radio Unpad. Gue cemas sedikit karena angka 80  adalah angka yang cukup banyak untuk melambangkan jumlah orang. Di dalam grup juga, terdapat ucapan selamat bagi kita semua yang lolos dalam seleksi pertama. Selain itu, ada tugas untuk menulis motivation letter dengan minimal 500 kata. Buat gue, ini mudah aja karena tugas membuat paper dengan jumlah 2.500 katapun sering gue lakukan setiap minggunya. Tapi yang membuat ini makin sulit adalah, gue harus nulis apaan?

Dengan deadline yang hanya diberikan lima hari, gue ga tau apakah gue sanggup menulis hal-hal mengenai motivasi gue untuk bisa siaran? Karena jujur alasan gue ingin bisa siaran adalah, gue pengen belajar untuk bisa ngomong. Masa iya gue tulis gitu doang?

Selain tugas motivation letter itu, ada juga pembagian jadwal wawancara di tanggal 17 September. Gue mendapatkan wawancara di jam 9 pagi sampai 9.30. Awalnya, gue bisa aja dan nantinya gue akan mengikuti LGD di perpustakaan Unpad. Tapi, tiba-tiba wawancara tersebut diundur menjadi jam 10. Masalahnya adalah, di jam  itu bertepatan dengan LGD dari AIESEC yang wajib gue ikuti. Kalo gue gak ikut, gue dengan resmi gagal menjadi anggota AIESEC. Ada perdebatan batin di dalam diri gue saat itu. Ikut AIESEC atau  Radio Unpad?

Gue bertanya pada teman gue saat itu,

“Lo ikut LGD gak besok?” Tanya gue

“Engga deh, males ah pake bahasa inggris” Jawab dia enteng, padahal gue yakin bahasa inggrisnya lebih bagus daripada bahasa inggris gue.

Setelah gue pikir-pikir lagi, daripada gue mempermalukan diri sendiri dengan bahasa inggris gue yang berada di bawah rata-rata, lebih baik gue mencari aman dengan melakukan wawancara radio yang pakai bahasa indonesia semua. Maka, esoknya gue memantapkan diri untuk pergi ke Rektorat dan melakukan tahap terakhir dari proses seleksi penyiar sendiri. Yup, Radio Unpad aku dataaang!!!

Esokmya, gue bersiap-siap untuk berjalan dari arah Jalan Sayang menuju ke Unpad. Gue agak telat saat itu, jadi gue berencana untuk naik angkot. Belum sampai di jalan raya, saat ada angkot lewat, dari atas tanjakan gue berteriak “MAMAAAANG TUNGGUUU!” Teman gue yang saat itu juga ingin pergi membeli makan sekaligus mengantar gue yang ingin pergi ke Unpad  malah ketawa melihat gue yang teriakin angkot dan lari ke dalam angkotnya. Gue  benar-benar hampir telat saat itu. Hari itu hari Sabtu. Ga akan ada Odong di dalam Unpad yang alhasil, gue harus berjalan dari Gerbang Lama sampai ke rektorat. Akhirnya karena hampir telat, gue memesan grab dari Gerbang Lama sampai ke Rektorat Unpad. Di sana, gue juga sudah janjian dengan Ayka. Salah satu orang yang random aja gue chat melalui grup. Jujur gue gak kenal siapa-siapa, jadi daripada mati gaya, gue lebih memilih untuk mempermalukan diri sendiri di depan satu orang bernama Ayka ini.

Saat di depan rektorat, gue melihat Ayka dan kami berkenalan lagi. Hal yang gue kaget adalah, Ayka angkatan 21. Otomatis untuk menunjukan rasa respect, gue refleks menyebut dia dengan Kak Ayka. Oh iya, Kak Ayka juga ternyata salah satu fasilitator di Prabu kemarin loh. Otomatis harusnya gue ketemu sama dia, tapi karena mahasiswa baru banyak, jadi gue gak melihat dia sama sekali. Gak lama setelah berbincang panjang di bangku besi yang melingkar, para peserta wawancara diminta untuk duduk di bangku yang telah disediakan oleh anak-anak Radio Unpad. Gue jujur aja takut, tapi rasa takut itu gue pendam sendiri.

Di saat gue tengah mengobrol dengan peserta lain, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan memberikan pengumuman,

“Halo saya Bagas dari Runners 20, disini nantinya bakalan ada 3 pos. Pos pertama di ruangan yang paling pojok, pos kedua di sebelahnya, nah pos terakhir nanti datengin aja orang-orang yang lagi duduk mencar disana ya, nah yang kedapetan jam 10 siapa?”

Gue dan beberapa anak lain mengangkat tangan,

“Oke buat kalian ikut saya ya”

Gue dan beberapa anak-anak lainnya mengikuti Kak Bagas ini. Urutan pos yang gue ikuti nantinya urut, tapi ada beberapa anak lain yang posnya diacak sesuai dengan divisi bagian apa yang mereka inginkan. Saat itu gue menginginkan menjadi produser. Entah apa yang terlintas dibenak gue mengenai produser, intinya sih gue cuma pengen bisa menyiarkan sesuatu.

Di ruangan pertama, kita diberikan arahan untuk nantinya berpura-pura menjadi reporter dan pembaca berita. Jadi kami diminta keluar, setelah itu kami semua diberikan nomor undian yang katanya nanti menjadi nomor urutan. Sialnya, gue mendapatkan nomor urutan pertama sebagai reporter. Di awal, tanpa ada waktu untuk mengingat, gue diminta untuk menjadi reporter tanpa membawa teks bacaan yang sebelumnya telah diberikan. Atas naluri survive yang gue miliki, gue dengan bodohnya malah bilang,

“Kak, bawa aja ya kak? Saya gak inget apa-apa” Kata gue layaknya pasien amnesia.

Kak Bagas dan satu orang saling bertatap-tatapan seperti meminta persetujuan. Hingga akhirnya,

“Yaudah deh gapapa di bawa, tapi jangan baca banget yaa”

Gue yang saat itu udah clueless dan gatau harus apa cuma bilang,

“Oke deh siap” Padahal gue gak siap.

Tentu saja pemirsa. Apa yang kalian harapkan dari diri gue yang mudah pikun ini? Gue tentu tidak menjalani segalanya dengan lancar, tapi bagusnya, gue menutup semuanya dengan baik. Masih lemas dan mencoba memproses apa yang terjadi barusan, lagi-lagi mulut gue gak berhenti untuk meminta penawaran,

“Kak, boleh ulang sekali lagi ga?”
Yang untungnya hanya diketawain saat itu oleh Kak Bagas dan satu temannya yang sedang memegang kamera.

Setelah di pos pertama, gue diminta ke  pos kedua tepatnya ada di dalam ruang siaran Radio Unpad langsung. Gue saat itu diminta untuk melepas sepatu terlebih dahulu.

“Hai” Sapa seseorang yang setelah gue tau bernama Fais setelah gue membaca sebuah bordiran di dada kiri dari jaket Radio Unpad miliknya.

“Hai” Sapa gue balik.

Tanpa basa-basi, Kak Fais langsung memberikan sebuah pertanyaan yang gue sama sekali gak tau karena gue gak melakukan research sebelumnya.

“Kapan Radio Unpad berdiri?” Tanya Kak Fais

Jeng Jeng!

Entah ilham darimana, gue asal sebut dengan menjawab

“2012”

“Bulannya?” Tanya Kak Fais lagi

“Saya cuma tau tahunnya, Kak” Sahut gue lagi.

“Oke gak apa-apa, sekarang kamu tau gak siapa General Manager Radio Unpad tahun ini”

Ini apa lagi ya allah. Gue hampir menangis karena gak tau apa-apa. Masih dengan kepedean tingkat tinggi, gue menjawab dengan,

“Gak tau kak”

“Kalau Vice GM nya tau gak siapa?”

Allahuakbar, ini siapa lagi?

Tuhan seakan cukup membantu gue hanya sampai di pertanyaan pertama. Kali ini gue menyerah lagi. Kak Faiz melanjutkan pertanyaannya sampai ke akhir. Gue sukses menjelaskan banyak hal kecuali seputar radio. Kayak ada lagi pertanyaan di akhir,

“Sebutin 5 program yang ada di Radio Unpad”

Gue ketar-ketir. Tuhan apa gak mau bantu gue lagi? Tapi kayaknya engga deh, gue jadi jawab dengan jawaban diplomasi, alias ga jelas.

“Yang horor-horor itu kak”

“Oh Miror?”

Padahal sejujurnya, gue gak tau di Radio Unpad ada program horor atau engga. Tapi karena pertanyaan jebakan itu, gue mendapatkan salah satu nama program Radio Unpad. Keanehan gue gak cuma sampai disitu saja, setelah sesi wawancara berakhir dan gue izin untuk pergi dan berpamitan, tiba-tiba saat gue membuka pintu, gue dikagetkan dengan Kak Faiz yang tiba-tiba bilang,

“Btw, sebenernya Vice GM itu gue” Kata Kak Faiz sembari  tersenyum ke arah komputer.

Gue yang saat itu dilanda malu dan pengen ketawa, buru-buru pakai sepatu dan lanjut ke pos ketiga.

Di pos ketiga ini, gue berkenalan dengan salah satu produser Radio Unpad. Ada Kak Ribka yang sama-sama bertanya mengenai Radio Unpad. Berdasarkan pengalaman pahit sebelumnya, gue sedikit mendapatkan info tambahan dari Kak Fais, jadi gue bisa sedikit demi sedikit menjawab mengenai Radio Unpad. Sisanya gue ditanya kayak,

“Kenapa mau jadi produser?”

“Biasanya cari berita dimana?”

Dan masih banyak pertanyaan lain seputar produser yang akhirnya sukses gue jawab.

Gue pulang dengan berjalan kaki dari Rektorat sampai ke kost. Ditengah jalan gue membeli nasi padang karena belum sarapan sambil sesekali mengingat kelakuan konyol gue saat sedang sesi wawancara tadi.

Akhirnya, gue melupakan sejenak kejadian aneh di Radio Unpad selama beberpa hari dengan berpergian bersama teman-teman gue ke Bandung. Entah kenapa di perjalanan pulang, teman gue berkata,

“Awas lu, Pit. Kalo ga masuk Radio Unpad” Yang tentunya diucapkan secara becanda dan membuat seisi mobil ketawa saat itu.

“HAHAHAHAHA Pasti masuk lah, ya Pit” Hibur teman gue yang lain.

“Iya iya, makanya lo semua dukung lah” Balas gue sembari mencari tim sukses.


Setelah percakapan itu, gue jadi mengira-ngira. Lolos ga ya gue di Radio Unpad?

Setelah mengingat kejadian aneh yang terjadi dan beberapa hal absurd lainnya, gue jadi ga pede sendiri. Gue merasa tanggal 24 September lama banget. Padahal jeda waktu setelah wawancara sampai pengumuman seleksi akhir adalah seminggu, bukan sebulan. Tapi entah kenapa gue jadi cemas sendiri.

 

Hingga sampailah di pengujung hari.

Gue harap-harap cemas. Hingga akhirnya di posting juga pengumuman orang yang diterima di Radio Unpad di feeds instagram Radio Unpad.

Gue melihat melalui feeds pertama,

“Tuhkan, Ndre. Gue gak keterima” Kata gue pada teman gue dengan rendah diri.

“Apaan sih, coba cari dulu” Kesal teman gue pada rasa rendah diri gue yang tinggi.

Saat gue mencari feeds divisi Music Director, nama gue emang ga ada. Tapi gue kaget saat gue membaca divisi program,

“ANDREA GUE DITERIMA RADIO UNPAD!”

“TUHKAN GUE BILANG JUGA APA, CONGRATSS!
”AAAAAAAAAAAAAA” Teriak gue gak jelas.


Maka dari situ, dimulailah perjalanan gue untuk menjadi seorang penyiar di Radio Unpad dan menyapa para Sivitas semuanya secara  resmi, gak ngumpet-ngumpet lagi kayak di vlog second account Instagram pribadi gue. Hehe.

Tantangan pertama menjadi seorang penyiar adalah siaran pertama. Yup betul.

Di bulan Oktober, gue dan teman-teman dari divisi program sudah mulai bisa siaran. Walau harusnya kita ada Bimbingan Teknologi dulu baru siaran, tapi karena penyiar sedikit, jadi kita diperbolehkan untuk belajar siaran secepatnya.

Siaran pertama, gue saat itu bersama Gege. Karena saat first meet divisi program gue mendapatkan program BOTW (Break On The Way), maka dari itu, di siaran pertama kali ini, gue akan mengisi BOTW bersama dengan Gege.

Gue berangkat ke Radio sekitar pukul 10 siang. Disana sudah ada Kak Fais yang menemani Gege siaran Sepada (Semangat Pagi Padjajaran). Gue masuk dan memperhatikan bagaimana cara siaran, bagaimana cara tektokan, dan masih banyak cara-cara siaran yang gue pelajari dalam satu hari itu. Setelah Kak Faiz dan Gege selesai siaran, tiba saatnya giliran gue untuk siaran. Gue pikir gue bakalan dipandu juga kayak Gege. Tapi ternyata Kak Fais men-challange kita untuk siaran berdua aja. Gue dengan gugup bilang ke Gege,

“Tapi lo udah bisa kan Ge? Ngaplikasiin mixer segala macem?”

“Jujur, engga, Pit” Jawab Gege yang bikin gue makin panik saat itu.

Beruntungnya, semua orang saat itu memaklumi first time siaran gue dengan Gege yang kalo gue ingat-ingat lagi rasanya gue mau mengubur diri aja di belakang rektorat. Semalu itu karena yang gue ingat, gue mengucapkan slogan radio unpad aja malah belepotan. Tapi beruntungnya, kita semua ditenangkan oleh Kak Fais yang bilang kalau cara ngomong kita udah lumayan. Hal itu berhasil menghibur gue walau gue berjanji pada diri sendiri bahwa gue gak akan pernah siaran sendiri.


Tapi, janji cuma sekadar janji. Di hari kedua gue ke radio, gue pikir Gege mau menemani gue siaran BOTW lagi. Gue sampai ke radio sama seperti hari sebelumnya yaitu jam 10 siang. Di studio sudah ada Gege dan Najib yang sedang siaran berdua dalam program Sepada. Di sela istirahat mereka, gue bertanya,

“Ge, nanti lu temenin gue BOTW kan ya?” Tanya gue pede.

“Yah, Pit, gue abis ini ada kelas” Kata Gege dengan nada setengah  menyesal

“Yaah yaudah deh, Jib, lu bisa dong?” Tembak gue ke Najib

“Gue juga abis ini langsung cabut praktikum, Pit” Balas Najib

“YAH TERUS NASIB GUE GIMANA DONG?”

Mereka bingung, gue lebih bingung, hingga Najib bilang

“Yaudah sih, Pit, siaran sendiri aja”

“STRESS” Kesal gue pada Najib

Yah tapi mau bagaimana lagi. Gue gak bisa memaksa mereka karena kita semua sama sibuknya. Akhirnya gue mencoba berdamai dengan pikiran gue dan mengiyakan ide Najib dengan siaran sendiri. Di luar studio ada satu orang yang gue gak asing dengan orangnya, tapi gue gak kenal dengan namanya. Dia bertanya gue siaran dengan siapa hari ini, tapi saat itu gue bilang kalau gue siaran sendiri. Gue yakin gue pernah bertemu dengan orang ini, tapi dimana ya?

Gak lama, akhirnya gue masuk untuk siaran. Awalnya gue takut karena gak tau mau ngomongin apa. Tapi lama-kelamaan gue enjoy juga dan rasanya siaran sendirian tuh kayak tanpa beban, alias ngalir aja gitu. Gue belum cukup berani keluar karena setelah gue intip dari kaca di luar studio sedang ramai orang. Gue bertahan di dalam ruangan dengan Ac bersuhu 16 derajat. Walau akhirnya gue menyerah juga karena kedinginan. Gue pun keluar untuk membuat Nutrisari jeruk hangat. Sembari minum tiba-tiba Kak Sidiq bertanya sesuatu,

“Pit, dari jurusan apa?” Tanya Kak Sidiq saat itu

“HI” Balas gue

“Oh FISIP, gue juga FISIP” Aku seseorang yang duduk di pojok ruangan dekat lemari makanan. Orang yang gue rasa ga asing buat gue.

“Oh iya? Jurusan apa, Kak?” Tanya gue balik

“Gue Administrasi Publik” Aku orang ini

Teman sekamar gue anak Adpub dan baru kemarin dia berbicara sesuatu soal Adpub, jadi kayaknya bisa gue ceritakan ketika selesai siaran nanti

“Oalaah, emang  nama  lo siapa, Kak?” Tanya gue

“Nama gue Alex” Balas Kak Alex ini

 

Entah kenapa gue percaya seratus persen pada apa yang dikatakan oleh Kak Alex ini karena obrolannya mengalir begitu saja dan tampak meyakinkan. Sampai saat pulang, gue membawa informasi ke teman gue juga yang anak Adpub,

“Tadi gue ketemu kating lu tuh, namanya Alex”

“Hah? Alex? Perasaan ga ada yang namanya Alex deh”

“Tapi tadi…”

Gue masih meyakinkan teman gue bahwa ada anak Adpub bernama Alex. Tapi kan masalahnya yang lebih tau Adpub itu teman gue. Tapi masa iya Kak Alex bohong? Atau gak mungkin kan teman gue yang anak Adpub yang bohong? Oke mari kita buktikan sekali lagi kebenaran dari si Kak Alex ini.

 

Besoknya gue siaran lagi. Gue masih menyapa dia dengan “Kang Alex” Dia juga merespon dengan tersenyum. Ga ada tanda-tanda gue dibohongi teman Adpub gue atau dia yg membohongi gue. Semua masih berjalan lancar hingga saat bimtek alias bimbingan teknologi tiba, seseorang memanggil Kang Alex ini. Tapi berbeda dari apa yang gue dengar,


”KANG RAFI!”

“IYA”


Loh kok? WAH INI SIH GUE DITIPU.

Setelah gue mengingat ulang memori di otak. Gue jadi ingat bahwa gue pernah melihat Kang Rafi ini saat Prabu alias ospek universitas. Gue ingat saat itu ia pernah menjadi seorang MC. Wah, gue beneran pundung karena gue udah ngotot-ngototan sama teman gue yang anak Adpub. Tapi bisa-bisanya Kang Rafi ngawadul. Sampai ke-pundung-an itu mungkin terbaca oleh si Kang Alex alias Rafi ini.

“Pit, sombong lu sama gue” Kata Kang Rafi saat gue mau pulang selesai bimtek.

“Sombong-sombong, lo boongin gue. Lo bukan anak FISIP, lo anak FIKOM. LO BUKAN ALEX, LO RAFIIIII” Kesal gue saat itu yang langsung diketawain sama Kang Rafi. Gue beranjak pulang sambil ngerasa malu juga sebenarnya. Kok bisa-bisanya gue ga ngeuh kalau dia ini MC Prabu ya?  

 

Gak cuma kelakuan Kang Rafi yang ngawadul atau kalau di bahasa indonesia sama aja kayak bohong. Gue juga mendapatkan berbagai macam kelakuan aneh anak radio lain. Kayak contohnya ini,

 

Gue saat itu lagi gak ada jadwal siaran. Tiba-tiba, Teh Mona chat gue melalui line begini,

“Pit, besok aku ga bisa siaran, kamu bisa gantiin ga? Temenin Aldi, Pit. Aldi kan pertama kali banget  tuh siaran” Kata Kak Mona saat itu.

Gue yang emang besok gak ada jadwal apa-apa dengan jelas mengiyakan tawaran tersebut. Esoknya, gue banyak mengobrol dengan Aldi ini. Tapi lama-kelamaan kok orangnya ga jelas juga ya?

Kayak contohnya sebelum siaran kan setiap penyiar diminta untuk mempromosikan siaran mereka melalui video Instagram. Setiap penyiar pasti mempromosikannya dengan ngomong dan udah. Tapi, Aldi ini lain. Dia selalu menyiapkan gimmick di setiap sesi siaran bareng gue. Ada satu video dimana kita bakalan promosiin BOTW tapi tiba-tiba dia bilang,

“Eh, ini kalo temanya horor seru kali ya”

Alhasil kita mengarahkan lighting dari bawah wajah sehingga menimbulkan kesan angker. Kita sama sekali gak senyum dan mencoba untuk berbicara sedatar mungkin. Tapi susah banget hingga akhirnya kita mendapatkan hasil video sesuai apa yang kita inginkan walau tetap aja gue ketawa di akhir video.

 

Gak cuma itu. Selesai siaran, masih dengan Aldi dan Teh Mona. Kita live video Instagram cuma buat ngomongin tebak-tebakan.

“Ayam ayam apa yang natural?” Tanya gue

“Ayam apa?” Mereka semua berpikir keras pada tebak-tebakan yang udah gue test drive sebelumnya melalui teman-teman gue.

“AYAMI” Jawab gue sendiri

“Hah? Ayami?” Tanya Aldi

“ALAMI, DI” Kata Teh Mona yang akhirnya tersadar dengan tebak-tebakan gak jelas ini

“OOH HAHAHAHAHAHA”

 

Sekarang giliran Aldi yang membuat tebak-tebakan,

“Sayur, sayur apa yang pergi?” Tanya Aldi ke kami semua

“OH GUE TAU” Kata gue pede

“Apa?” Tanya Aldi meng-understimate jawaban gue wkwk

“Ca-Bye” Balas gue

“Bener sih, tapi jawabannya bukan itu” Kata Aldi

“Emang apa jawabannya?” Tanya gue penasaran

“Jawabannya sih Bom-Bye, tapi Ca-Bye juga bisa” Balas Aldi yang malah kebingungan sama jawabannya sendiri

“Udah lucuan Ca-Bye udah, sekarang jawabannya Ca-Bye aja” Kata Kak Mona yang akhirnya memutuskan.

 

Seperti sebuah anugerah bahwa gue dan Aldi dipertemukan dalam satu program walaupun Aldi sendiri bukan anak program. Tapi gue merasa bahwa gue klop ketika siaran dengan dia. Apalagi diluar siaran. Jokes kami berdua rasanya nyambung-nyambung aja. Tapi ada satu hal lagi yang membuat kehidupan gue di Radio Unpad sendiri menjadi gak membosankan atau berkutat di siaran aja.


Mari gue perkenalkan dengan Kak Bilqis.

Seorang yang gue anggap sebagai independent woman and high class girl. Aura Kak Bilqis ini gak main-main. Dia terlihat seperti seorang pekerja keras dengan gaya tampilannya yang gak pernah casual dan pakai high heels kemana-mana juga dengan tutur katanya yang anggun membuat Kak Bilqis seperti the untouchable girl di Radio Unpad ini. Gue awalnya cukup mengira bahwa Kak Bilqis adalah orang yang susah didekati. Hingga di satu waktu, ada sebuah cerita yang cukup membekas antara gue dan Kak Bilqis ini.

 

Hari itu, Radio sedang kedatangan tamu dari program Inspira atau Inspirasi Mahasiswa. Kak Ipeng saat itu adalah produsernya dan kami semua berkumpul di meja untuk menyambut tamu yang akan datang nanti. Gue duduk di sebelah Kak Bilqis waktu itu. Untuk menimbulkan kesan yang akrab dan hangat, pasti lah gue dan anak-anak lain mengajak pembicara kita nanti untuk mengobrol.

Tapi, hal itu entah kenapa tidak dilakukan oleh Kak Bilqis. Gue cukup bingung karena biasanya Kak Bilqis ini adalah orang yang vokal apalagi dengan orang baru. Hingga saat gue mengintip sekilas untuk mengetahui apa yang tengah dia kerjakan, gue tau saat itu dia tengah mengetik. Makin lama, gue makin penasaran karena gak ada satupun kata yang keluar dari mulut Kak Bilqis. Hingga saat si pembicara masuk ke studio, gue mencoba melihat apa yang sedang Kak Biqlis ketik. Dari layar laptop itu, ternyata layar laptopnya hitam alias mati. Kita berdua bertatap-tatapan di layar laptop dan langsung ketawa. OH JADI TERNYATA SELAMA INI KAK BILQIS PURA-PURA NGETIK TOH

 

Tanpa ragu dan jaga image seperti biasanya, Kak Bilqis dengan kencangnya ketawa,

“HAHAHAHAHAHAHAHAH”

Si pembicara keluar lagi untuk mengganjal pintu yang sering terbuka sendiri. Saat si pembicara muncul, Kak Bilqis lagi-lagi menahan tawanya dan kembali tertawa ketika si pembicara sudah resmi duduk di dalam studio.

Jujur aja gue takut si pembicara ini tersinggung tapi ya mau gimana lagi, Kak Bilqis yang pura-pura sibuk itu lucu banget wkwkw…

Radio juga menjadi tempat yang seru banget buat gue. Kayak waktu bimtek kemarin. Kita di kasih materi dari orang-orang kece kayak Pak Adhi yang menjelaskan mengenai digital marketing, Kak Pila yang juga seorang announcer dari Radio Mustang 88, dan terakhir yang gak kalah keren ada Kak Fajar sebagai salah satu content creator dari VINDES. Gue sempat bertanya saat itu dengan Kak Pila.

“Kak, gimana sih caranya biar ga najis sama suara sendiri pas lagi siaran?”

“HAHAHAHAHA NAJIS BAHASANYA” Ada yang gue dengar tiba-tiba ngomong begitu gatau siapa

“Pit? Lo pikir gue gak najis sama suara sendiri? Sama gue juga najis kok”

“HAHAHAHA” Balas gue

“Tapi, saran gue coba cintai diri sendiri dulu, makin lama lu self love, makin lama lu bisa buat nerima semua kekurangan lu” Kata Kak Pila mengakhiri jawaban dari pertanyaan aneh yang gue coba tanyakan.

 

Atau di satu kesempatan, Kak Bagas tiba-tiba membuka kelas bahasa sunda di dalam radio.

“Kak, kalau gening itu apa sih?” Tanya gue sebagai warga USA (Urang Sunda Asli) yang gagal paham sama omongan orang-orang Bandung karena gue sebenarnya orang Serang, Banten.

Gening tuh kayak ‘Di sana gening’ maksudnya disana tuh ternyata” Jawab Kak Bagas

“Kalo bebegig tau bebegig?” Tanya Kak Bagas lagi

“Tau lah, bebegig tuh setan kan?”

“HAHAHAHAHA BUKAAN” Tawa Kak Bagas dan yang lainnya

“Hah? Kok Bukan?” Tanya gue heran karena yang selama ini gue tau, bebegig itu setan.

Bebegig tuh orang-orangan sawah. Bengeut sia doang bebegig, muka lo kayak orang-orangan sawah” Kata Kak Bagas sekaligus menerangkan arti bebegig lebih lanjut. Gue gak mau kalah

“Tau momonon ga, Kak?”

“Hah? Momonon? Apaan tuh?” Tanya Kak Bagas balik

“Ya itu doang bebegig, cuma artinya setan. Bengeut sia doang momonon, maksudnya muka lo kayak setan” Balas gue saat itu

“Ah Sunda Bandung sama Sunda Banten emang beda” Aku Kak Bagas

Masih banyak lagi sebenarnya hal-hal aneh, menarik, seru, dan lucu yang ada tentang Radio Unpad. Tapi, kayaknya gue udah cerita banyak deh hehe… Radio Unpad menjadi salah satu wadah gue untuk terus menulis. Kayak sekarang ini nih, gue sedang menggarap salah satu konten cerpen yang kalau gue pikir-pikir lagi kayaknya ini bukan cerpen deh karena jumlah halamannya aja udah lebih dari sepuluh. Tapi ya, Kak Fais betul soal Radio Unpad yang gak ada batasan. Gue jadi bebas mau menulis dan ngomong apa karena radio seperti menampung semua apa yang dikatakan dan ditulis oleh anggota-anggota lainya. Gue gak bisa ngomong apa-apa lagi, tapi gue mau berterima kasih sekali lagi karena gue bisa masuk menjadi salah satu bagian dari Radio Unpad ini. Akhir kata, gue gak menyesal. Gue justru bangga akan keputusan yang bisa gue buat sendiri untuk bergabung di dalam Radio Unpad.

Jangan lupa dengerin Radio Unpad dari hari Senin-Jumat dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore teman-teman!😃

 




*Penampakan isi radio






Komentar

Ê• •á´¥•Ê”