Belum Berapa Hari di Jatinangor

Hai semuanyaa!

Sebelumnya, gue mau mengucapkan happy xmas buat semua orang yang merayakan!

Gimana nih liburan kalian di Bulan Desember ini? Kalo yang gue lihat di banyak story Instagram teman-teman gue sih, kebanyakan dari kita masih disibukin sama Ulangan Akhir Semester yaa? Ahahaha... Sama kok. Gue disini juga baru aja selesai ngerjain UAS 4000 kata dengan maksimal Turnitin 15% perorang. Apa gak kepalang pusing?

Udah gitu kemarin, setiap gue cek di Turnitin, plagiarisme gue mentok di 20% dan gak turun-turun. Setelah gue cek lebih lanjut, ternyata penyebabnya adalah gue sering menyantumkan pasal-pasal di dalam paper gue. Setelah gue pikir-pikir, iya juga ya. Ngapain gue nyantumin pasal di paper sedangkan gue bukan anak hukum? Sebenarnya sih sah-sah aja, tapi yang kemarin gue ketik sih kayaknya udah di fase gak tau mau nambahin kata apa lagi di paper, jadi biar gampang, masukin aja lah pasal berantai, toh selain data jadi makin valid, tulisan gue jadi semakin penuh dan target 4000 kata dengan plagiarisme 15% itu akan segera tercapai. Naasnya, gue harus berakhir dengan "Masukin pasal biar keliatan elit, persentase plagiarisme  turun jadi sulit"

Hufhh... Sekarang, semuanya udah selesai. Rasanya ketika gue berakhir menyelesaikan paper di jam 3 pagi, setelah gue rombak sedemikian rupa dan tau hasil plagiarisme paper gue berakhir menjadi 13%. Gue pengen pasang meme "DDIS GUE TUNTAS AND EVERYONE NEEDS TO KNOW SO I BOUGHT THIS BILLBOARD"

Akhirnya, gue tinggal menikmati hasil kepusingan kemarin dengan refreshing. Kayak sekarang, gue lagi nulis sambil dengerin lagu Meant To Be nya Jeremy Passion yang diambil dari playlist rnb gue di Spotify. Ini lagu udah syahdu, tapi suasana kurang mendukung kalau gak hujan. Tapi, gue juga baru aja tau kalau ramalan cuaca bilang, Jabodetabek bakalan kena potensi cuaca buruk ya di tanggal 28 dan seterusnya? Kebetulan, gue juga lagi ada di Jakarta. Jadi buat kalian yang ada di wilayah rawan cuaca buruk dan potensi bencana, stay safe ya guys! Di sini sih dari kemarin aman-aman aja, tapi namanya musibah, who knows?

Oke, jadi selagi kalian gabut dan gue juga merasakan hal yang sama, jadi ayo berbagi cerita di blog ini. Buat kalian yang merasa kalau blog gue ngebosenin, gue harap di cerita kali ini blog gue sukses membuat gabut kalian jadi lebih gabut... Gak lah, jadi lebih mendingan gitu, maksudnya.

Gue mulai duluan ya? 

Oke cerita ini sebenarnya udah gue mulai sejak blog gue yang berjudul "Pramuda: Pas Mahasiswa Masih Muda" (Buat yang belum baca, sok mangga di baca dulu hehe)

Disana, gue sering membahas mengenai teman-teman gue yang gue dapatkan ketika ospek universitas. Nah, ternyata pertemanan kita ga berhenti di sana. Masih ada hal-hal tolol lain yang kalian bisa dapatkan di blog kali ini. 

Dulu, satu bulan sebelum gue tinggal di asrama, gue tinggal lebih dulu di sebuah kost yang menurut gue homey dan ghibliable karena tempatnya benar-benar sejuk dan banyak dikelilingi tanaman, sekelilingnya juga bersih tanpa sampah. Berbeda pandangan dengan Andrea, dia lebih setuju menyebut tempat kost kita waktu itu sebagai zoo alias kebun binatang. Gak lain dan gak bukan adalah karena banyak banget hewan-hewan aneh yang ada di tempat itu. Contohnya aja, gue pernah bertemu dengan lintah di paving block depan kamar, Andrea sendiri pernah menemukan satu buah kumbang kayu yang bentuknya mirip kayak di film "Larva". Nah itu kan ada kumbang yang tukang tonjok tuh, begitulah kira-kira gambaran hewan yang ditemukan Andrea di dalam sepatu gue yang sialnya saat itu gue letakan di luar. 

Tapi, walau Andrea gak setuju sama gue, berbeda dengan teman-teman gue kayak Alif, Ali, Cikso, Cici, Qonita yang selalu menjadikan kostan gue dan Andrea sebagai basecamp. Faktor utama selain dari segi suasana, tentu saja karena mereka menumpang wifi gratis. Bahkan ada di satu kesempatan mereka dateng cuma buat wifi-an aja, padahal gue lagi sibuk nyuci. Alif tiba-tiba menelpon Andrea dan bertanya,

"Lu dimana?" Tanya Alif melalui telpon.

"Kost lah" Jawab Andrea.

"Gue kesana ya" Tanya Alif lagi, entah pertanyaan atau pernyataan. 

"Mau ngapain?" Kini Andrea yang balik bertanya.

"Mau ngapain keeekkk" Ledek Alif dengan nada suara meniru Andre Taulany dari Program TV 'Lapor Pak'

Tentu saja hal itu gak bisa dibantah karena tau-tau Alif dan Cikso udah ada di depan kostan sambil memarkirkan motor mereka di tempat parkir. Mau gak mau, gue yang sedang sibuk harus mendatangi mereka ke kantin bersama agar Ibu Kost gak curiga akan kedatangan tamu gak diundang kayak mereka ini. 

"Ngapain sih anjir, wong gak ada yang main juga" Protes gue saat itu.

"Lah lu gak ke sini juga gapapa, Pit" Ledek Alif dengan muka ngeselin.

"Tau, lu di kamar aja juga gapapa" Ucap Cikso, masih dengan ekspresi datarnya.

Sialan, batin gue saat itu. 

Belum lagi saat itu, Cici sering banget ngajak makan bareng. Entah kita makan di tempat langsung atau lagi-lagi kostan gue dan Andrea ynng jadi korban, kita berdua akhirnya sering bersih-bersih tengah malem. Gue juga heran, kenapa mereka hobi banget ngegedor pintu kostan di rentang waktu maghrib sampai jam sepuluh. Mereka berakhir pulang jam sepuluh juga karena bapak dan ibu kost suka kode kalau gerbang mau ditutup. Andrea dan gue sering mengantar mereka sampai ke depan gerbang agar bapak atau ibu kost membukakan kunci gerbang. Setelah gerbang dibuka, barulah mereka pulang ke rumah masing-masing. Kadang Ali dan Alif mengantar Cici dan juga Qoni, tapi pernah juga mereka jalan bareng padahal ada tiga orang dari mereka bawa motor, dua sisanya jalan. Kan bisa ya naik motor bareng, ini pada kenapa sih otaknya haduh...

Dulu, gue inget juga. 7 hari setelah ospek universitas selesai, tiba-tiba di grup ada yang ngajakin. "Eh, jurit malem yuk" Gak lain gak bukan, orang itu adalah Cikso. 

Kata "Hayuk" berkumandang di grup. Gue sama Andrea karena lagi sebelahan cuma bilang "Udahlah, ini mah kayaknya gak mungkin deh"

Tapi gak ada yang mustahil buat Untol (Unpad Tolxx)

Kita semua akhirnya lari sore di jam 9 malam. Jujur aja saat itu mental gue agak goyang karena kita lewat jalur IPS dimana jalur IPS benar-benar gak ada lampu. Gue juga jadi terbayang-bayang rumor yang pernah gue baca sebelum gue masuk di Unpad. Katanya sih ya, di FIB dan Fakultas Ilmu Komuniasi ini, ada "Sesuatu". Nah, rumor yang dulu cuma gue alihin, sekarang harus gue hadapin beneran gara-gara bocah-bocah sial ini. Setelah kita melihat kondisi anak cowo yang berani banget, hal ini jelas beda dengan anak-anak cewe,  apalagi Cici yang ketakutan banget sampe harus pegangan tangan ke gue dan Andrea yang sebenarnya juga sama takutnya, tapi karena takut kalo dijailin anak cowok, gue memilih untuk pura-pura berani. 

Nih contohnya, liat deh anak-anak ini. Si Alif sama Cikso malah ngeliatin bagian belakang Gor Jati padahal gorjat waktu itu lagi gelap-gelapnya. Mereka malah ngintip-ngintip daerah sana kayak mau maling atau emang mau maling beneran, gatau. Intinya saat itu kita berkeliling rumpun IPS di malam hari dimana kendaraan udah gak ada sama sekali dan penerangan jarang. Yang takut hanya bisa berpasrah pada senter Hp dan Tuhan masing-masing. Sedangkan yang berani malah makin menjadi-jadi.

Di Fisip, masih gak berasa apa-apa.

Di FIB, Qonita mulai sompral. 

"Eh masuk yuk ke dalem" Kata dia, enteng.

"Dih, kamu aja, Ta" Balas Cici yang sibuk megangin telinga dia karena ketakutan. 

Kita terus berjalan ke arah Fakultas Hukum yang saat itu sign mereka terang dengan lampu LED berwarna merah menyala.

"Hukum emang beda deh, sesuai UKT" Ucap Ali, padahal fakultas dia juga gak kalah mahalnya dan fasilitas yang diberikan juga sesuai.

"Iya lah" Bangga Cikso pada fakultasnya.

Setelah gak jauh berjalan, kita sampai di Fakultas Ilmu Komunikasi. Ini nih tantangannya. 

Biar gue menggambarkan detail mengenai Fakultas Ilmu Komunikasi di Unpad ini guys.

Seperti yang gue bilang di awal, bahwa Unpad terkenal dengan rumor angkernya. Keangkeran itu kalau di rumpun IPS tepatnya ada di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM). Kalau FIB angker karena gedungnya paling tua, kalau FIKOM angker karena di depannya ada kebun jagung dan banyak pohon sehingga menutupi penerangan kala itu. Untungnya, nasib baik masih mengelilingi gue. Fikom kali itu ada acara, jadi penerangan di lapangan cukup untuk bikin gue gak takut. Kalau ada acara juga, berarti di dalam banyak orang dong? Harusnya sih gitu, tapi tetap aja. Nasi sudah menjadi bubur. Gue kira kira bakalan puter balik setelah sampai di Fikom. Satu orang malah bilang,

"Eh jangan arahin senter ke atas ya"

Cikso mode tolol on, dia malah beneran ngarahin senter ke atas pohon yang membuat kita semua merinding di tempat. Di saat yang sama, Ali dengan entengnya bilang,

"Apaan sih, kok gak ada kuntilanak?"

"AISH TOLOL!" Teriak anak cewe saat itu dan kami tetap melanjutkan perjalanan. Gue sendiri gak berani untuk menengok ke belakang walaupun di belakang ada Ali, tapi gimana kalau dia bukan Ali?

Jadi kita semua lanjut kembali berjalan ke arah tanjakan yang menghubungkan antara FIKOM dan Bale Santika. Di tanjakan, tiba-tiba ada satu mobil dari arah belakang yang menanjak. Jujur, mobil ini agak pelan kalau harus naik. Kita yang saat itu hanya liat-liatan karena jujur aja mobil ini agak mencurigakan. Gue jadi mengait-ngaitkan kejadian mobil yang stuck di tanjakan itu dengan hal mistis.

Kali aja mobil ini mobil hantu. Pikir gue saat itu karena jujur aja, orang di dalam ga keliatan sama sekali.

Tapi, rasa takut gue masih kalah sama rasa penasaran gue. Jadi gue masih menunggu ada keajaiban dimana kaca mobilnya bakalan dibuka. Gue gak peduli mau itu orang atau bukan yang penting gue tau di dalam mobil ada apaan dan kenapa berhenti. 

Gak lama setelah berkecamuk dengan segala pikiran tentang hantu, kaca jendela akhirnya terbuka secara penuh. Bukannya kaget, gue malah iba. 

Jadi ternyata di dalam mobil itu berisi satu orang yang lagi belajar mobil dan empat orang teman lainnya yang duduk di belakang mobil sambil memikirkan penyesalan kenapa mereka mau ngajarin orang naik mobil di track securam Unpad. 

Benar aja, ternyata orang yang sedang belajar mobil ini juga sedang kesulitan untuk menanjak. Teman-temannya sudah berteriak menyemangati, tapi satu orang ini tidak kunjung naik-naik. Sampai-sampai Cici berteriak,

"KAK, SEMANGAAAT!"

"HAHAHA IYAA MAKASIIIH YAA!"

Setelah itu, kaca jendela tertutup kembali. Mungkin lebih karena malu.

Kami melanjutkan jurit malam kami hingga akhirnya kami sampai di Bale Santika. Di sana penerangan lumayan terang. Tiba-tiba suatu ide mengalun, entah dari mulut siapa, tiba-tiba ada yang bilang,

"Eh bikin tiktok yuk"

Gue cuma bisa ngedumel dalam hati 

"Ai sia, gue dari tadi nahan takut sekarang tiba-tiba lu ngajakin tiktokan di tempat ini? Gila lo semua"

Gue cuma bisa ngomong itu di dalam itu karena kalau gue ngomong langsung, gue yakin seratus persen gue bakalan diledekin atau bahkan  lebih parahnya gue bakalan ditakut-takutin. 

Demi menyelamatkan mental gue yang terguncang, yaudalah gue ikutin aja kemauan anak-anak aneh ini. Entah kenapa di tengah proses pembuatan tiktok, Cici tiba tiba 'GEDEBUK!' 

"HAHAHAHAHA"

Cici jatuh di tengah kita semua. Gue jadi memikirkan nasib gue 4 tahun lagi. Apakah akan terus seabsurd ini?

Gak lama setelah kita capek ngetawain Cici dan Cici juga jadi tengsin sendiri, kita berpikir untuk menyudahi proses pembuatan tiktok ini dan bergegas untuk pulang. Tiba-tiba mobil yang belajar tadi terparkir di sebelah kami. Cukup lama juga kalau di pikir-pikir sejak kami sampai tadi dan sekarang kita bakalan beranjak pulang, akhirnya mobil itu bisa juga nanjak. 

"SEMANGAAAT YA KAAAK!" Kata Cici lagi mencoba menyemangati kakak-kakak yang sedang belajar mobil.

"HAHAHAHA IYAA MAKASIIIH YAAA" Balas kakak-kakak di dalam mobil dan kita semua pergi dari Bale Santika saat itu juga. 

Kami melewati gedung FEB. Salah satu gedung yang anak-anak FISIP seperti gue dan Andre sering irikan. 

Di depan gedung itu, entah dari mana asalnya, ada layangan putus. 

Layangan segi empat dengan buntut panjangnya yang menjuntai, habis dimainin sama Cikso dan Alif. Kita berhenti di depan FEB cuma khusus untuk main layangan aja. Masih ga habis pikir dengan keabsurdan yang ada, gue akhirnya bisa menikmati keseruan dan keabsudran yang ada karena penerangan udah mulai terang, gak kayak tadi saat kita di FIKOM. Tapi tetap aja, di depan FEB benar-benar gelap sampai kami harus bergantung pada penerangan dari gedung sebelah FEB dan lampu kendaraan. 

Setelah puas bermain layangan, kami masih sempat-sempatnya bikin tiktok dulu. 

Efek gedang kluthuk menjadi akhir dari konten tiktok yang gak pernah di post itu.

Kami pun pulang ke rumah masing-masing setelahnya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Jatinangor tengah sepi-sepinya dan hanya ada gue dan Andrea untuk menyusuri jalanan sampai ke kost kami di Jalan Sayang. Tiba-tiba ada Cikso dengan entengnya ngomong,

"Mau bareng ga?" Tanya Cikso

Karena dasar pertemanan yang solid, gue dan Andrea lebih memilih untuk berjalan kaki ke kostan walau sebenarnya dengkul kami sama-sama udah bisa di bongkar pasang, atas penolakan itu, akhirnya Cikso pun pergi duluan. 

Kami pulang dengan selamat walau harus merelakan hubungan dengan Bapak Kost yang agak merenggang karena malem-malem kita minta bukain pagar rumah. 

Tamat.

So, ini dia cerita tentang Utol series yang kedua. Cerita pertama udah gue masukan di dalam cerita sebelumnya, jadi yang mau liat ketololan kami yang lain, bisa banget nih teman-teman buat dibaca di tag 'dear diaries'.

Yah, gue harap keanehan ini bisa membantu gue untuk terus mengingat kenangan-kenangan aneh selama gue di Jatinangor. Selain itu, semoga cerita ini juga bisa menghibur lo semua walau jujur sebenarnya gue juga ga terhibur pas ngelakuin jurit malam itu beneran. And last but not least, Selamat tahun baru semuanyaaa!!!

Gue harap di tahun yang baru nanti, kalian semua bisa menemukan kebahagian yang baru dengan orang-orang tersayang juga, Apapun yang akan terjadi di tahun 2023, gue harap semuanya bisa sesuai dengan doa dan keinginan kalian. Amiiin,

Happy New Year All!

*Foto Bale Santika, ini gue ambil pas lagi takut-takutnya.



Komentar

Posting Komentar

ʕ •ᴥ•ʔ