Pramuda (Pas Mahasiswa Masih Muda)
Halo, Pramuda~
Ospek di depan mata.
Gue hanya bisa menghitung mundur waktu sebelum dimulainya ospek universitas.
Tentunya saat itu, gue tengah disibukan dengan tugas ospek yang berjumlah 3 buah. Satu buah tugas poster, satu buah tugas berupa quiz mengenai kampus gue ataupun kebudayaan, dan terakhir satu buah tugas video yang menjadi pr untuk gue bahkan sebelum gue memantapkan diri untuk tinggal di Jatinangor. Dua tugas yang gue anggap mudah sudah gue kerjakan terlebih dahulu. Tugas terakhir menyisakan tugas video yang di mana gue harus berakting seolah-olah gue adalah bintang iklan susu. Waktu itu, tempat sasaran gue adalah Mall Sarinah, tapi karena saat itu ramai dan gue gak mau disangka orang gila, gue lebih memilih meredam keinginan gue untuk mempromosikan dua susu kotak yang telah gue beli dan saat itu menjadi salah satu item penting dalam tugas gue nanti. Akhirnya, video menjadi tugas satu-satunya yang tersisa untuk gue kerjakan dan tentunya gue tunda terus sampai mepet deadline bahkan di tanggal 20 itu gue udah stay di Jatinangor, jadi gue lebih memilih untuk eksplor ke semua warteg di Jalan Sayang daripada harus pusing-pusing mikirin ide mau buat video kayak apa.
Akhirnya, di jam 11 malam, terpikirkan oleh gue sebuah ide yang cukup absurd. Agak susah juga kalau kita buat konten yang hard selling karena gue gak tau letak hubungan antara tema yang menyangkut berita hoax dengan susu coklat dua kotak. Ga mungkin kan kalau gue bikin video kayak begini,
"Duh, aku haus nih. Minum susu coklat kali ya [meminum susu]"
"Aw, malu banget, ternyata susunya rasa original, ternyata susunya bohong, bohong, sebenernya aku yang bohong"
Udahlah, gausah dipikirin, intinya gue mencoba melakukan soft selling dengan membuat skenario mengenai berita bohong. Jam menunjukan pukul 23.47 dan di saat yang sama, Andrea, teman kost gue sama sekali belum membuat video juga. Gue sih tinggal upload, tapi untuk upload dan mengumpulkan link saat itu membutuhkan usaha ekstra karena jaringan di kost gue benar-benar cuma satu bar. Hingga di jam 23.59 gue sudah berhasil bernapas lega sedangkan Andrea, mulai uring-uringan karena saat mau mengumpukan tugas, tiba-tiba di website tertulis "404" gede-gede. Padahal satu menit lagi deadline pengumpulan tugas, tapi ya apa mau dikata. Nasi sudah menjadi kebuli, Andrea hanya bisa berpasrahkan diri dan menunggu keajaiban datang. Kali aja ospeknya ga jadi karena tiba-tiba ada serangan zombie dari orang yang terinfeksi di Bandung dan beliau baru turun dari Damri di depan Jatos, siapa tau?
Tapi skenario busuk itu hanya bertahan dalam kepala Andrea. Ga mungkin ada invasi alien ataupun persebaran cepat virus zombie di Jatinangor. Andrea tetap mengumpulkan tugas itu tapi di pagi hari.
Oke, sekarang masalah tugas udah selesai. Tapiiii... Jangan tenang dulu jangan senang dulu. Pasang mata dan telinga karena sebentar lagi kita akan menghadapi krisis dan cobaan yang lebih besar daripada tugas ospek semata.
Yup, ospek beneran ada di depan mata, TIDAAAAK!!!
Untuk agenda yang lebih jelasnya, gue dan Andrea ospek dari tanggal 22 Agustus sampai 24 Agustus. Eitts... Gak semudah itu. Gak selama 3 hari berturut-turut kita datang ke kampus.
Dalam rundown tertulis, bahwa gue dan Andrea hanya datang di hari ke dua saja. Andrea kali ini sedang mencoba meramal apakah kita bakalan dapat keseruan di acara ospek atau engga, dengan firasat bak seorang ibu, Andrea dengan mantap berkata bahwa hari dua gak akan seru karena mozaik akan diadakan di hari ketiga. Sebaliknya, jauh dari kata keseruan, Andrea lagi-lagi dengan ramalannya bak Mama Lauren berkata bahwa kita akan capek di hari kedua.
Oke, mari kita buktikan.
Di hari pertama, gue dengan wajah masih excited karena ini sebagai penanda bahwa gue sudah mulai memasuki ranah perkuliahan. Karatagan Padjajaran dikumandangkan di Gor Jati, gue di rumah hanya bisa mendengarkan senandung nyanyain tersebut melalui virtual meeting. Saat itu pagi hari, gue membutuhkan asupan makanan. Jadi, gue memesan satu porsi ayam dan nasi di ibu kost dan makan dengan lahapnya di tengah acara yang bahkan gue ga tau ini boleh offcam apa engga. Setelah kenyang, gue kembali menyaksikan rangkaian acara sampai habis. Dari apa yang gue saksikan di hari pertama, kebanyakan orang hanya duduk menyaksikan rangkaian acara dan menurut gue itu capek karena harus duduk terus dan gue bersyukur bahwa gue ga datang ke kampus di hari pertama. Oke saatnya bersiap untuk hari kedua.
Esoknya, jam 5 pagi, gue sudah siap dengan memakai kemeja batik dan rok abu-abu bersamaan dengan Andrea yang tengah mengunci pintu. Hari itu, kita belum meminta ibu kost untuk membuatkan bekal karena kelupaan tadi malam. Tapi untungnya, gue membeli roti sobek rasa blueberry dan coklat yang ternyata harganya naik lima ribu rupiah saudara-saudara. Inilah kenapa gue menolak adanya perang. Nyusahin.
Ini pertama kalinya buat kita berdua keluar kost di pagi buta. Ketika langit masih berwarna ungu dan biru terang. Tentu saja momen itu kami abadikan di dalam kamera hp masing-masing. Gue saat itu janjian dengan teman sejurusan gue, ada Alaya dan Amanda. Ketika hampir aja gue mau belok ke masjid Al-Jabar untuk menunggu mereka berkumpul, tiba-tiba ada anak cowo yang menghampiri gue.
"Mau ke Unpad kan ya?" Tanya dia, gue hampir aja mengajak dia bareng. Untungnya gue hanya bilang
"Iya"
"Oh langsung aja ya baris di belakang"
"..."
Ternyata doi panitia ospek tahun ini. Dahlah.
Gue akhirnya masuk di barisan yang cukup panjang dan lebar. Saat itu, Alaya, Amanda, dan Andrea ada di depan gue. Gue jadi sulit untuk berinteraksi dengan mereka semua kecuali Andrea karena dia ada di depan gue. Hingga saat berjalan memutar, gue mendapati badan gue yang disenggol oleh satu orang anak perempuan berbatik biru
"Eh, sorry"
"Iya, gak apa-apa, maklum kok lagi rame" Balas gue saat itu.
Anak perempuan ini ternyata duduk tepat di samping gue. Saat dia tengah ngobrol dengan teman di depannya yang berbaju batik berwarna pink, gue mencoba memberanikan diri untuk kenalan.
"Nama kamu siapa?" Tanya gue sok ramah.
"Qonita" Balas orang yang tadi kesandung.
"Hai aku Dinda, tapi panggil aja aku Cici" Ucap teman di depan Qonita yang ikut bergabung.
"Kalian dari fakultas apa?" Tanya gue lagi.
"Kita dari FIB, Sastra Prancis" Balas Qoni
"Asik dari sasper, btw sasper belajar french kiss ya?" Tanya gue sembari menyelipkan beberapa jokes yang gue dapatkan di internet tentang Sastra Prancis.
"Waduu, kalo itu mah dia jagonya" Kata Qoni sembari melempar jokes gue tadi ke teman di depannya, Cici.
"Eitttss..." Ucap Cici.
Kita akhirnya dikumpulkan di Lapangan Merah. Di sana, kita mendengarkan instruksi yang diberikan oleh mc Prabu. Entah kenapa tiba-tiba, kita diberitahu agenda mengenai mozaik. Jadi ternyata kita semua diminta untuk mensimulasikan pembuatan mozaik untuk hari esok. Lah, kita aja besok gak dateng, kok? Serius nih?
Yaudalah, mau protes juga butuh proses, daripada bingung jadi kita semua cuma setuju-setuju aja untuk memegang nyiru atau biasa yang disebut tampih, itu loh benda yang biasa digunain buat misahin gabah dari berasnya. Nah, waktu itu gue kedapetan nyiru warna hijau. Setelah sekian lama cape bulak-balik nyiru atas instruksi mc, nyiru itu akhirnya dikembalikan. Tapi-tapi...
"Jadi, buat yang hari ini hadir dan udah melakukan simulasi pembuatan mozaik, besok kalian WAJIB HADIR UNTUK MELAKUKAN MEGA PROJECT MOZAIK"
"YEAAAAAY" Teriak seluruh peserta yang hadir di day kedua.
Setelah gue cek internet, banyak anak yang hanya bisa datang di hari pertama mengeluhkan keluh kesah serta kekecewaan mereka di unpadfess.
"Yang dateng day-1 janji gak iri?😔☝" Tulis mereka disana dan banyak mengundang respon antara kasihan dan pengen ketawa. Gue bagian ketawa sih. Hehe... Sorry.
Gue berkenalan juga dengan banyak orang saat itu. Orang-orang yang harusnya gue kenal lebih dulu karena sejurusan telat gue ketahui dan baru bisa ketemu langsung di Prabu day kedua ini. Ada Zharfan anak HI yang ternyata kostnya ada di depan kost gue, ada Deva, ada Remon, ada juga satu anak kedokteran yang gue lupa namanya siapa. (if u read this, i truly sorry 😔) Sebelum beranjak untuk melihat parade UKM, gue dan anak-anak lain mengabadikan momen dengan boomerang saat itu. Setelahnya, kami semua berjalan ke arah Bale Santika.
Kami berjalan dibatasi dengan seutas tali di kanan dan kiri. Jadi bagian tengah jalan sengaja dibuat lebar untuk tempat parade ukm. Saat itu banyak yang menarik mata gue, bahkan gue punya pikiran
"Apa gue coba semuanya ya?" Tapi pemikiran aneh itu gue simpan setelah gue sadar bahwa gue akan dibuat sibuk oleh yang namanya paper.
Saat itu ada Aiesec yang berjalan sembari membagikan selebaran, ada ukm bulu tangkis yang salah satu anggotanya cosplay jadi shuttlecock, ada lagi ukm Bridge dan satu orang anggotanya juga cosplay dengan mengenakan kostum kartu king. Saat itu, ga ada angin ga ada ujan secara relfeks gue bilang,
"Ajarin judi dong kak" Kata gue, enteng.
"HAHAHAHA" Tawa orang-orang yang mendengarnya, apalagi Andrea, beliau ga bisa berhenti ketawa.
"Bisaa... Join aja" Balas kakaknya.
Gue hanya bisa terkekeh dan membayangkan diri gue menjadi raja judi sekelas Yumeko Jabami dari series Kakegurui. Tapi, hal itu gue urungkan saat sadar bahwa gue islam. Selesai.
Setelah ngetawain payung Alaya yang samaan dengan orang dan motifnya yang kayak dawet, akhirnya gue, Andrea, Amanda, dan tentunya Alaya yang pengen banget ke toilet dari tadi akhirnya bisa juga ke toilet. Saat jalan ke toilet itu, gue mendengar ada orang yang meneriakan nama gue,
"IPIIIIIT!"
Setelah gue liat, orang itu adalah Cici dan disebelahnya ada Qon yang selalu setia menemani. Gue melambaikan tangan ke mereka tapi gue tetap pergi ke toilet karena gue juga pengen banget buang air (Bukan buang-buang air, beda konteks) Hal yang gue kagetin adalah, kok dia masih inget muka dan nama gue ya? Bahkan beberapa orang yang gue ajak ngobrol udah hilang dalam ingatan gue karena interaksi yang gak sesering itu (fr, sorry if u read this again 😓)
Nah, setelah parade selesai, saatnya kulineran.
Gue kaget saat tahu harga satu teh poci original sepuluh ribu. Bahkan harga teh poci di Jakarta aja setengah dari harga teh poci di Jatinangor. Tapi gak ada pilihan lain, gue gak bisa tiba-tiba cabut lari ke gerlam (Gerbang Lama, ada di luar kampus dengan jajanan yang enak dan pastinya murah) cuma buat beli teh poci habis itu balik lagi. Bahkan saat gue mau makan dibawah pohon di luar lapangan aja gue diminta untuk masuk lagi ke daerah lapangan yang saat itu matahari lagi terik-teriknya. Udah gitu, antrean teh poci puanjaaaaang banget. Untungnya saat itu gue bawa payung, jadi payung tersebut masih setidaknya melindungi kepala gue dari sinar matahari yang menyengat kepala. Gue memutuskan untuk melarikan diri ke kedai yang menjual es jeruk. Disana agak renggang dan pas banget gak sih, panas-panas enaknya minum yang seger-seger?
Nah, gue akhirnya membeli satu buah es jeruk seharga sepuluh ribu. Saat itu, gue dan Andrea mencari tempat berteduh dan bertemu dengan parkiran motor yang memiliki atap sehingga kita ga kepanasan. Saat itu, parkiran ramai sehingga gue harus permisi-permisi ke orang yang lagi duduk. Hingga gue bertemu dengan dua orang yang setelah gue berkenalan lebih lanjut mereka adalah Linda dan Nila. Kami bercanda bersama mengenai hal-hal seputar Prabu dan serangkaian acara yang telah kita lewati tadi. Salah satu dari mereka juga menunjukan merchendise Prabu yang berupa topi, setelah gue tau harganya enam puluh ribu, atas dasar prinsip ekonomi yang telah gue pelajari sedari sma, gue lebih memilih membeli teh poci enam gelas atas dasar haus dan panas.
Gue kembali membeli teh poci karena rasa haus yang melanda. Teh poci tetap mengantre seperti biasa, Tapi, gue tetaplah gue. Cara licik ini gue gunakan agar mempersingkat waktu daripada sibuk menunggu di tengah panas teriknya matahari. Jadi, gue membeli teh poci melalui kedai sebelah teh poci yang sepi. Otomatis, gue duluan yang akan dilihat. Benar aja, gue dapat duluan sementara orang lain masih mengantre dengan panjang dan tertib di belakang. Hehe. Setelah mendapatkan teh poci, gue kembali menonton permainan catur di stand ukm catur sembari mendengarkan akang penjaganya yang tiba-tiba orasi kecil-kecilan dan mengundang gelak tawa para penonton saat itu.
Setelah puas kulineran dan nonton catur, kita pun berbaris kembali untuk ke lapangan di sebelah Bale Santika. Disana juga ternyata jual makanan dan tentunya lebih murah. Gue hanya ngedumel tapi terus berjalan masuk untuk mencari tahu keramaian apa yang tengah terjadi di lapangan itu.
Ternyata, itu adalah kerumunan UKM yang sedang mempromosikan organisasi mereka masing-masing. Gue sendiri tiba tiba ditawari untuk bergabung dalam organisasi ESU atau English Speaking Union. Gue menyimak dangan baik karena gue cukup tertarik dengan organisasi yang menurut gue sesuai dengan jurusan yang sekarang sedang gue tekuni. Selain itu ada juga ada dari anggota Aiesec yang tiba-tiba menghampiri gue dan Andrea di tengah lapangan. Ia mencoba untuk mempromosikan Aiesec ke gue. Saat itu kita bertiga ada di satu payung yang sama karena tiba-tiba kakaknya bilang,
"Sini saya aja yang pegangin payungnya" Tentu saja as a people pleasure, saya gak bisa bilang ngga.
Saat itu ada jeda panjang, gue kira kakaknya selesai ngomong, gue mencoba untuk mengambil payung gue lagi dari tangan kakaknya, tapi ya doi gak mau ngelepasin tangannya dan berakhir gue megang tangan dia. Andrea udah cengengesan sedangkan gue act fool dengan bilang,
"Oh kirain udah selesai"
untungnya kakaknya bilang
"Belum, udah saya aja yang pegangin"
Malah rebutan payung.
Setelah selesai beneran, Andrea seperti biasa mulai ngeledek,
"Bisa aja modusnya, Pit"
"Gue kira udah selesai anjir" Kesal gue.
Pulangnya, gue masih penasaran dengan orang bernama Cici ini. Gue meminta Andrea menandai orang berbatik pink untuk siapa tau besok bisa kita ajak bareng di hari ketiga. Untungnya, saat arah jalan pulang, gue menemukan Cici, Qoni, dan satu lagi temannya sedang duduk di pinggir trotoar yang langsung aja kita samperin,
"Dari tadi dicariin" Kata gue
"Kenapa lu Qon?" Tanya Andrea yang melihat Qoni lesu, lemas, dan lunglai di pinggris trotoar.
"Capek dia" Kata Cici
"Besok bareng yuk" Usul gue ke mereka
"Hayuk aja atuh, mau nunggu di mana?" Tanya Cici
"Jangan mesjid Al-Jabar lagi, nanti kita langsung di suruh masuk" Saran Andrea
"Penyebrangan depan aja gimana? Usul Cici
"Boleeh" Kami berduapun setuju (Qoni ga ngomong apa-apa, beliau kayaknya kurang asupan makanan)
Setelah itu, kita pulang ke kost dan beli makan di warteg kecintaan di Jalan Sayang. Hari itu gue beri rating sebesar 4,5/5 lah ya. Minusnya panas dan haus. Selebihnya apalagi untuk acara menurut gue udah oke banget deh.
Besoknya, subuh-subuh di prabu day-3 gue dan Andrea mendapatkan telepon dari Qoni.
"Kalian dimana?" Tanya Qoni dengan logat Bantennya yang masih kental
"Kita masih di Jatos" Kata Andrea
"Di Jatos Ci" Kata Qoni di seberang telepon.
"Oke nanti ketemuan di sana ya" Kata Cici mengambil alih pemilik telepon.
"Oke"
Saat menutup telepon, lagi-lagi gue mendapati langit di hari itu sangat bagus, jadi gue kembali mengabadikannya. Saat itu, gue tengah mencari dua anak bernama Qoni dan Cici ini, Tapi, mereka gak kelihatan juga batang hidungnya, jadi gue memutuskan untuk duduk didepan Dunkin Donuts yang masih belum buka. Saat di telepon lagi, gue berkata bahwa gue ada di depan Dunkin Donuts dan benar saja, dengan mudah mereka menemukan gue. Kita pun dengan segera berangkat menuju Gerbang C pintu masuk Universitas Padjajaran.
Kali ini, kita menggunakan strategi yang sama yaitu berbaris sejajar. Paling depan ada Qoni, lalu Andrea, gue, dan paling belakang ada Cici.
Saking kakunya mulut gue, gue gak tau mau ngobrol apa sedangkan mereka harus menengok ke belakang atau gue yang harus menengok ke belakang kalau mau ngobrol. Hingga gue menoleh di barisan sebelah kanan gue adalah barisan yang penuh dengan anak cowok. Kebetulan juga, orang di sebelah gue sedang berkenalan dengan teman di belakangnya. Hingga gue ikut menimbrung.
Waktu itu gue mencoba mengamati suasana (Lebih tepatnya menguping) pembicaraan antara anak yang berada di sebelah gue dengan satu orang yang ada di belakang gue, yang gue tau mereka memiliki kesamaan yang sama. Sama-sama berasal dari Padang. Hingga keheningan membawa gue menuju perkenalan dengan mereka.
"Nama lo Siapa?" Tanya gue pada orang di sebelah gue
"Ali"
"Gue Ipit"
"Ipit?"
"Ipit, kalo susah Pit aja"
"Ooo ok" Kata Ali menyetujui.
Gue menanyakan nama mereka semua, dari yang paling depan, ada Alif yang juga sama-sama dari Padang. di belakang Alif ada Chikso, setelah itu ada Ali, dan orang yang Ali coba ajak ngomong duluan yaitu El.
"Lu anak FH?" Tanya gue ke Chikso
"Iya" Balasnya
"Pasti lu orang batak, tuhkan, Chikso S, S nya pasti Silalahi"
Orang ini hanya mengangguk-angguk menyetujui tapi dia menginterupsi kalimat yang gue lontarkan,
Orang ini hanya mengangguk-angguk menyetujui tapi dia menginterupsi kalimat yang gue lontarkan,
"Gue orang Padang"
"Oh ..." Gue hanya mengiayakan karena gak mungkin dong dia bohong? Buat apa juga malsuin identitas disini.
Lalu ada lagi Alif. Dia mengaku bahwa dia dari Farmasi. Gue percaya karena mukanya emang cocoknya di Farmasi.
Ngomong-ngomong soal muka, dulu gue dan teman-teman sma gue sering juga mencocok-cocokan nama dengan muka,
"Nama abang lu ga cocok, Ni kalau Ariel" Kata Cinta ke Hanifia
"Cocoknya apa dong?"
"Bagas" Celetuk Cinta
Maka dari sana, gue juga lagi-lagi percaya kalau nama abangnya Hanifia itu Bagas. Gue baru tau namanya Ariel beneran saat main ke rumahnya Hani langsung. Poin penting dari flashback di atas adalah, tolong jangan mudah percaya dan gampang menghakimi.
Lanjut ke Ali sendiri, dia adalah anak FEB. Satu-satunya yang gue irikan dari beliau satu ini adalah karena FEB punya lift sedangkan gedung fakultas lain engga punya kecuali perpustakaan pusat. Hal yang gue aneh dari Ali adalah saat dia bercerita kalau dia lama tinggal di Bogor tapi tiba-tiba bilang kalau dia besar di Tanggerang Selatan. Ini orang apaan sih? Tadi katanya Padang, sekarang Bogor, terus update terkini Tangsel. Ini orang udah berapa kali reinkarnasi?
Di tengah kerungsingan gue dengan mereka semua, tiba-tiba Andrea dengan gampangnya nyeletuk
"Eh, gue gak pernah liat Diba"
"Samaa, gue juga gak pernah liat Seva"
Abdiba dan Seva itu teman smp kita, sama kayak gue dan Andrea. Kita berempat dari smp yang sama.
Tiba-tiba saat kita lagi nengok ke belakang Cici,
"HAIIIII!"
"DIBAAA!" Teriak kami berdua.
"DIBAAA!" Teriak kami berdua.
Ternyata dia ada di satu barisan yang sama. Orang dulu pasti bilang kalau Diba panjang umur karena pas banget lagi diomongin eh orangnya ada.
Kalau kata orang dulu, kalau pas kita ngomongin orang terus orangnya lewat berarti orang itu bakalan panjang umur. Semoga Seva juga panjang umur...
Kita pun maju untuk berjalan ke Lapangan Merah lagi. Saat itu, kita bakalan naik ke tanjakan cinta dan duduk di sana. Saat duduk itu, kita semua diminta untuk memikirkan yel-yel. Terpikirkan saat itu "8 bagi 2" dari lagu Sikok Bagi Duo yang ada di Tiktok dan diganti dikit liriknya dengan nomor kelompok kita yaitu kelompok 8. Qoni diminta untuk menjadi pemimpin. Tanpa basa-basi tentunya, dia langsung berdiri dan menyetujui ide kakak fasil tersebut.
Sedangkan gue tiba-tiba mendapatkan ajakan berteman dari anak kedokteran hewan yang katanya gak tau mau ngobrol ke siapa karena ga ada teman. Gue mendapatkan info sedikit bahwa dia dia tinggal di asrama dekat FISIP.
Setelah itu, kami diminta untuk berjalan lagi ke Lapangan Merah. Di sana, penampilannya masih sama dengan satu hari lalu. Ada panggung dan lapangan tentunya, tapi bedanya, gak ada tenda di depan panggung. Kita langsung membuka kursi goyang kami dan duduk beralaskan kursi goyang yang sebenarnya adalah karton dikasih plastik.
Langit hari itu tengah cerah-cerahnya. Debu dari lapangan membuat lapangan merah sedikit lebih gersang dari biasanya. Langsung saja kami mengeluarkan payung untuk melindungi diri kami dari sinar matahari yang menyengat. Ali di hari itu gak bawa payung, jadi gue sharing payung dengan beliau. Tiba-tiba tanpa ada angin dan ujan, dia bilang,
"Udah sini, gue aja yang pegangin"
Aw, such a gentleman Pikir gue dalam hati.
Lama kelamaan, gue merasa bahwa gue semakin kena sinar matahari. Saat gue perhatikan tangannya agak gemetar sedikit karena gak nyaman.
"Sini gantian" Tawar gue
"Nih" Kata Ali memberikan payung gue kembali
"Kalo capek mah minimal ngomong, min" Sindir gue saat itu.
Berbeda dengan situasi gue dan Ali yang adem ayem karena saling pengertian, mari kita melihat kondisi dari Qonita dan Alif yang entah kenapa malah sibuk gebuk-gebukan karena rebutan payung atau karena Alif megang payungnya gak bener. Atau mari kita lihat pasangan di depan gue. Andrea dan Chikso yang sama rebutan payungnya, bedanya Andrea gak gebukin Chikso. Tau lagi, apa yang lebih ngeselin? Ternyata Chikso bawa payung dan dia ga pernah bener pake payungnya. Entah payungnya nutupin ke arah gue dan akhirnya kita berdua jadi ngadu payung, alhasil jadi gue yang berantem sama dia, bukan Andrea. Sedangkan pasangan di belakang gue, El dan Cici malah sibuk ngobrol dan foto-foto. Mereka berdua adalah ikon perdamaian kalau dibanding kami semua.
Dari situ juga gue berkenalan dengan Hafiez, anak FEB yang duduknya berada di sebelah Diba. Gue jarang berinteraksi dengan Hafiez dan Diba atas dasar posisi duduk yang udah ngerepotin jadi susah mau nengok ke belakang tuh. Kami bertemu saat proses pembuatan mozaik.
Project mozaik dilaksanakan di lapangan yang berada di belakang panggung atau lebih tepatnya ada di depan lapangan merah. Saat itu kita diminta berbaris. Di tengah perjalanan gue sembari mengobrol dengan El. Saat sampai TKP, ternyata gue melihat sudah banyak nyiru yang dipasang di tanah. Kita diminta mengisi sesuai barisan nyiru yang ada. Gue mendapatkan nyiru warna hijau. Saat itu gue juga kembali bertemu dengan Amanda, Alaya, dan Ruth Naomi beserta temannya Alaya yang bernama Thania dan gue juga berkenalan dengan temannya Thania yang bernama Zaki.
"Zak, nyiru lu miring tuh, tempelin kek di kepala" Sewot gue.
"Gak ah, nanti kepala gue ketombean" Tolak Zaki.
Gue hanya bisa terdiam mendengar statement itu dari dia.
Setelah 65 pola selesai kita lakukan, kita semua bertepuk tangan karena tanpa panjang lebar dan memakan waktu lama, mozaik itu bisa selesai dilakukan. Mereka semua mewarnai sesi mozaik hari itu yang berhasil membuat semua orang haru karena mozaik yang kita buat sukses meraih rekor muri.
Setelahnya kita kembali ke lapangan merah. Kami duduk di tempat kami masing-masing. Gue mencari keberadaan tas dan payung gue. Gue akhirnya bisa duduk kembali walaupun kursi goyang gue kotor akibat keinjek-injek.
Gak lama setelah itu, konser kembali terjadi.
Saat lagu Heavy Rotation- JKT 48 diputar, tiba-tiba Qonita dengan payung ungunya berdiri dan maju ke depan panggung. Gue melihat itu entah kenapa tergerak untuk ikut maju juga, jadi gue membawa payung gue dan disusul dengan anak-anak lain untu maju dan bernyanyi bersama.
Bagian paling seru adalah ketika bagian reff.
"I want you~" (I WANT YOU!)
"I need you~" (I NEED YOU!)
"I love you~" (I LOVE YOU!)
"Di dalam benakku~" (OI OI OI OI OI!)
Didalam tanda kurung itu adalah teriakan para wota unpad. Tiba-tiba Alif teriak,
"LO NGAPAIN MAJU PAKE PAYUNG!"
Yang langsung gue, Qonita, Andrea dan Cici lempar payungnya ke space yang masih tersisa di depan panggung.
Akhirnya setelah capek oi oi oi, kita balik ke tampat kami duduk tadi. Acara selanjutnya ternyata ada orasi dari ketua bem fakultas masing-masing. Setelah itu gua jadi tahu fungsi dari kita yang diminta untu membawa jas almamater. Jadi di orasi terakhir, kita diminta untuk memegang jas almamater kita ke atas sembari mengatakan "HIDUP MAHASISWA! HIDUP RAKYAT INDONESIA!"
Setelah itu, kita ishoma. Saat itu gue lagi ga shalat. Cici dan Qonita juga lagi gak shalat, Andrea juga karena Andrea Protestan. Sebelum makan, gue memutuskan untuk membeli teh poci terlebih dahulu di kedai sekitar lapangan merah. Masih dengan harga dan cara licik yang sama, akhirnya dengan cepat gue bisa mendapatkan teh poci seharga sepuluh ribu itu. Kita makan siang dari bekal yang kita bawa masing-masing di bawah pohon yang tersebar di sekeliling lapangan merah. Payung gue terbang kemana-mana yang membuat makan gue menjadi tidak nyaman.
Saat itu kita berkenalan lagi dengan anak FIB juga, tapi gue lupa dia ada di jurusan apa.
Setelah ishoma, kita diminta kembali ke barisan masing-masing.
Di sana kita kembali menyaksikan serangkaian acara Prabu. Hingga puncaknya ketika kita diminta untuk berdiri. Kita bernyanyi bersama dan mengisi space di depan panggung. Tapi, gak lama kemudian waktunya untuk istirahat shalat ashar, kerumunan itupun kembali bubar. Gue, Cici, Andrea, dan Qoni kembali berteduh di bawah pohon. Di bawah pohon itu, kita juga membahas agama.
"Gue lagi gak solat nih" Kata gue, untuk memulai topik agama.
"Gue juga" Kata Qonita
"Aku juga" Tambah Cici
"Loh Ci, kamu islam?" Tanya Andrea
"Aku islam dari lahir atuh"
"Tapi, di highlight kamu ada vihara, aku kira kamu buddha"
"Gak atuh, nih ya coba nanti kita tanya mereka, biar kita saling nebak agama masing-masing"
Saat itu kami menunggu teman kami yang lain selesai shalat.
Hingga akhirnya rombongan anak laki-laki yang diketuai oleh Alif tadi datang dan kita istirahat bersama. Dari situ gue mengetahui fakta sebenarnya dari kebohongan yang selama ini gue percayai sejak pagi tadi.
Alif bukan anak farmasi, beliau ini anak hukum.
Chikso bukan dari Suku Batak, S yang ada di namanya bukan marga, beliau ini asli Sumedang dan terbukti dari KTP-nya yang kita semua lihat sendiri.
Chikso dan Ali katanya pernah mondok, mereka pernah jadi santri guys.
Dan tiga dari mereka ini adalah anak-anak gap year alias mereka harusnya jadi kating gue sekarang. Hal itu terbukti saat Ali sendiri yang membocorkan fakta di tengah lapangan.
"Gue gap year, lo semua adek kelas gue" Kata Ali menyombongkan dirinya.
"Eittss... Tunggu dulu, lo 2000 berapa?" Tanya gue
"2003" Balas Ali
"Bulan?"
"Desember"
"Sini lo salim dulu sama gue" Kata gue yang sekarang menyombongkan diri.
"Emang lu 2003 juga?" Tanya Chikso
"Gue November" Balas gue
"Gue juga November, tanggal?"
"29"
"Oh masih tuaan gue"
"Tapi lu angkatan tahun ini?" Tanya Ali, kembali memastikan
"Iya, gue 2022, telat SD setahun" Balas gue
Atas hierarki tahun lahir itu, gue jadi sadar bahwa di unpad ini gak semuanya anak 2022. Ada juga yang mungkin gap 1 sampai 2 tahun dari gue.
"Nih ya, coba menurut kalian aku agamanya apa?" Tanya Cici ke anak-anak itu.
"Kristen" kata sebagian dari mereka
"HAHAHAHA" Tawa anak cewek bersamaan
"Kalo gue ngiranya lo semua kristen kecuali Andrea" Kata Ali.
Ini sih paling plot twist, yang sebenarnya islam adalah kita semua kecuali Andrea yang kristen.
"Ngga, kalo lo sama Qoni emang dari awal gue kira islam, nah Cici kristen" Tambah Chikso.
"Gue kira Qoni sama Cici kristen" Kata Alif
"Ih naha aing dibilang kristen, gue tuh CICIT KIYAI!" Kesal Qoni, yang mendapatkan respon dari semua orang berupa tertawaan.
"HAHAHAHA" Semua orang hampir gak percaya sampai Qoni memberikan silsilah keluarga dan ternyata terbukti kalau dia adalah cicit kiyai yang berasal dari Banten.
Setelah tahu kebenaran dari masing-masing orang, kita diminta kembali ke lapangan. Di tengah jalan, tiba-tiba Andrea bilang,
"Pit, jam 9"
Gue yang udah tau maksud Andrea langsung menengok dan mendapati target sasaran yang Andrea maksud.
"Masyallah, tuh kan Ndre, islam. Lu mending mundur aja"
Andrea hanya bisa ngedumel sendiri waktu tau cowok ganteng yang dia maksud sedang balik ke tempat duduknya sembari membawa sajadah yang di letakan di bahu kirinya.
"Dasar ciwi-ciwi" Sindir Chikso.
Gak lama, kami kembali ke depan panggung untuk menikmati konser. Saat lagu Seandainya dari Vierra di putar, gue langsung mengirimkan video rekaman ke Natasha, orang yang tau bahwa itu adalah anthem-nya Ican, teman sma gue yang waktu di Stasiun Pasar Senen gue nyanyikan untuk membuat suasana kepergian dia ke Solo menjadi sedih. Gue langsung mendapatkan balasan dari Tasa 40 menit kemudian.
*Natasha sent video*
"Sedih banget, vibing lagu yang sama tapi di tempat yang beda"
Gue kembali menyanyikan lagu itu di tengah padatnya anak unpad yang sedang menggalau brutal.
"Kata gue sih, abis ini Kangen-Dewa sih"
Eh benar aja, setelah gue ber-manifesting ria, lagu itu di putar. Cici yang mendengar manifesting gue menjadi nyata membelalakan mata karena kaget. Akhinya Kita pun bernyanyi bersama.
Lagi-lagi, Heavy Rotation diputar untuk yang kedua kalinya.
Tidak bosan-bosannya dengan oi oi oi! Sekarang satu lapangan berdebu karena semua orang berloncatan di lapangan merah ini. Disinilah kita bertemu dengan Kemas, anak hukum juga. Saat-saat akhir kita berkenalan dengan Kemas, gue jadi tau dia anak SMA 42 dan otomatis rumahnya masih sewilayah dengan gue, yaitu Jakarta Timur.
Gue banyak mengabadikan momen di sore itu. Bahkan setelah acara Prabu selesai, Alif, Ali, Chikso, Kemas, Hafiez, El, Cici, Diba, Qoni, Andrea, dan gue berfoto bersama di depan panggung Prabu.
Setelah itu, kita kembali ke barisan awal untuk bersiap pulang. Ketika orang-orang energinya sudah habis, berbeda dengan kelompok 8 yang dipelopori oleh Alif. Dia tiba-tiba meneriakan yel-yel yang membuat semua orang ikut meneriakannya juga.
Setelah itu, kita kembali ke barisan awal untuk bersiap pulang. Ketika orang-orang energinya sudah habis, berbeda dengan kelompok 8 yang dipelopori oleh Alif. Dia tiba-tiba meneriakan yel-yel yang membuat semua orang ikut meneriakannya juga.
"Gak mau pulang, maunya di goyang~ Asik!"
Yel-yel itu terus kita ramaikan sampai di depan gerlam. Qoni dan Alif selaku orang-orang yang gak pernah habis energinya masih loncat-loncatan di barisan depan. Setelah itu, kegiatan Prabu berakhir dan kita semua pulang ke rumah masing-masing. Sebuah ide terlintas di kepala.
"Ayo bikin grup line, undang anak-anak tadi"
"Ayo-ayo"
Dan gengs...
sore itu menjadi sore yang paling asik selama 3 hari gue ospek. Mungkin benar, semua halnya bukan tentang apa dan di mana, tapi siapa. Bahkan, kita masih berteman sampai sekarang (Next time, gue bakalan ceritain journey gue bareng mereka)
sore itu menjadi sore yang paling asik selama 3 hari gue ospek. Mungkin benar, semua halnya bukan tentang apa dan di mana, tapi siapa. Bahkan, kita masih berteman sampai sekarang (Next time, gue bakalan ceritain journey gue bareng mereka)
Gue merasa bahwa waktu yang gue habiskan dari jam 5 pagi ke jam 5 sore lagi adalah waktu yang gak terbuang sia-sia. Langit sore waktu itu menjadi tanda perpisahan sementara antara gue dengan mereka. Ga lama, gue yakin kita bisa bertemu lagi di lain waktu.
Beneran gak lama, malemnya kita udah ada di grup yang sama dengan judul grup yang bernama "Unpad Jenius"
Untuk rating hari ini, gue bakalan kasih rating 5/5 kayak lagunya Arctic Monkeys,
"But i crumble completely when you cry~"
Komentar
Posting Komentar